Selasa, 24 November 2015

SANG PELANGI

Derung kaki menghiasi langkah perjuangan ini.....
engkau seperti kuda yang tak kenal lelah dalam perjalanan jauh......
di pagi yang cerah itu, seorang anak muda yang kelihatannya semangat menjemput fajar......
hendak bersiap-siap melakukan perjalanan yang cukup jauh.....
selepas sholat shubuh ia bersegera mandi.........
selepas mandi ia memakai pakian yang begitu rapi seolah orang kantoran.....
langkah kaki menghentikan ia di kalah sepatuh ketnya belum terpasang......
bunyi kaki sudah terdengar, ia menyusuri jalan-jalan sentani,  samping kiri dan kanan terlihat rumah berjejeran rapi........
stelha melewati rumah-2 tersebut kembali ia terhanyut oleh hutan yang rimbah. ia teluri hutan tersebut tampa lelah.
keindahan hutan tersebut membuat suasana menjadi dingin.........
langkah kaki tak pernah berhenti, dengan di temani oleh daun-daun pohon yang bernyanyi, seolah menghayuti langkahnya. luar biasa perjuangan ini.

Jumat, 13 November 2015


GAGASAN PLURALISME DI BALIK GERAKAN SUMPAH PEMUDA



Sumpah pemuda seringkali dijadikan klaim bahwa 28 Oktober 1928 momentum lahirnya bangsa indonesia. Teks sumpah pemuda-pemudi dalam kogres pemuda II indonesia oleh Organisasi perhimpunan pelajar-pelajar indonesia (PPPI) dianggap bukti otentik lahirnya sebuah bangsa.
            Sumpah pemuda dianggap harapan baru kebersatuan dalam bangsa indonesia yang terdiri dari beragam suku, ras, dan agama. Hal inilah Mereka mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Kogres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu jong java, jong Batak, Jong Ce lebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon Dll.

Tekad itulah yang menja di pendorong para pemu da untuk bangkit mela wan ketertindasan oleh penjajah kolenial, juga asa untuk mengangkat harkat dan martabat hidup orang indonesia asli. Hin gga kini semangat sum pah pemuda masih terus digulirkan. Terlebih pasca tumbangnya orde baru, angin reformasi seakan membawa, harapan untuk menghirup secara segar asa sumpah pemuda yang sebelumnya telah diper kosa oleh rezim orde baru.
           Sumpah pemuda menjadi sesuatu ‘’alat’’ menanggapi tantangan politik pasca-Soeharto. Sumpah pemuda menjadi simbol sakti komitmen bernegara dengan adanya sikap mengusir penjaja.
Menghormati terhadap ke beragaman aliran, keya kinan, dan sikap politik ya ng pada era Soeharto diha ramkan. Oleh karna itu, Sumpah pemuda diguna kan sebagai konsep ke-Bhinneka-an dalam keseti an negara terhadap persatuan Bangsa.Namun apakah sumpah pemuda merupakan sumpah suci yang di berikan untuk membangun sebuah ban gsa yang berdikari? Atau merupakan bagian dari skenario pengkerdilan in dentitas politis umat islam?
Pluralisme Dalam Sum pah Pemuda.
     Pluralisme merupakan paham yang menyatakan bahwa kekuasaan negara harus di serahkan kepada   pemuda untuk mengusir.
Berbagai golongan dan tidak di benarkan di mono poli oleh satu golongan. Atau dimaknai juga seba gai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebud ayaan, peradaban dan lain-lainnya. Pluralisme membolehkan berdirinya partai, aliran, dan golo ngan apapun sekaligus membolehkan partai /ali ran/golongan tersebut untuk menyebarluaskan ide-idenya, maka pluralis me membolehkan ber dirinya partai/aliran/golo ngan kufur dan yang menyebarkan pemikiran-pemikiran kufurnya. Maka, dengan melihat realitas sumpah pemuda akan tampak jelas bahwa aspek pluralisme meru pakan sisi menonjol di balik peristiwa tersebut perlu disadari bah wa peristiwa yang terjadi pada 28 oktober 1928 bukanlah peristiwa tun ggal. Kogres saat itu ada lah yang kedua. Sebelum nya, pada 30 April-02 Mei 1926, telah digelar kogres yang pertama.
Harus ada pemahaman akan arti sejarah simbol nasional yang dikeramat kan sebagai sumpah pem uda itu, dengan perlu mengetahui perjalanan idenya pasca-kogres pem uda pertama. Dan dari sanalah akan terungkap aspek pluralisme yang diwacanakan sebagai basis persatuan yang menjadi inti pencapaian kogres kedua. Hal ter sebut makin jelas dengan kejelian membaca ske nario penjajah atas neg eri-negeri muslim pada saat itu, yakni masa penjajahan kolonial, dan rekayasa pendirian sebuah bangsa ‘’merdeka’’ (boneka).
  
Sumpah Mahasiswa Isl am 2009
Bongkar pasang ideologi terus dilakoni dari tiap periode gerakan maha siswa, tapi tak juga me muai hasil diinginkan. Jenuh dengan kondisi itu maka pada tanggal 18 oktober 2009, tidak ku rang dari 5000 mahasiswa dari seantero prakte.
Nusantara tumpah ruah di halaman basket hall sena yan jakarta. Ribuan maha siswa meyodorkan sebuah ideologi tandingan bagi kemakmuran indonesia dan dunia, serentak ter padu meneriakkan sum pah untuk tegaknya ideo logi islam.
        Lima ikrar sumpah menjadi kesadaran ber sama dan akan diwujud kan dalam kesatuan gerak politik mahasiswa islam diseluruh indonesia. Kesa daran bahwa sekuralisme dengan seluruh variannya adalah biang penderitaan rakyat indonesia dan dunia, kesadaran bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah dan dipatuhi, kesadaran untuk melupakan kele lahan demi menghadirkan syariat islam melalui institusi khilafah islam iyah sebagai solusi tuntas problematika masyarakat indonesia dan dunia, kesa daran bahwa perjuangan membangkitkan khilafah adalah seruan dan tantangan intelektual, dan kesadaran bahwa motivas.
Perjuangan bukan karena tuntutan sejarah tapi murni karena keimanan kepada Allah yang mendalam. Sum pah pemuda Islam 2009 menjadi seruan luas bagi kemudahan kehidupan ma hasiswa. Terkhsusnya peran gerakan mahasiswa. Sum pah ini jelas adalah sumpah politik karena bermaksud menggerakkan mahasiswa dan masyarakat secara umum. Sumpah ini juga bermaksud menghentak gerakan mahasiswa agar berani angkat kaki dari zona demokrasi yang kotor. Karena demokrasi terbukti, tak pernah ramah disepa njang sejarahnya, merusak kehidupan saat diterapkan hari ini, dan konsepnya yang kacua dan tak terap
likasikan.

Perbandingan Dengan Per satuan Piagam Madinah.

            Contoh gamblang dalam sejarah islam, tatkala umat dipersatukan dalam wadah intitusi politik yang agung. Ketika itu Rasul Saw. Membangun sebuah masyarakat yang khas 
Yang dikenal sebagai masyarakat islam. Mereka diikat dengan satu pi kiran, satu perasaan, dan satu aturan yang lahir dari aqidah islam. Ikatan kokoh yang dibangun dalam ideologi islam. Ikatan yang membangkit kan mereka hingga men yatuhkan segala bangsa, ras, dan agama dalam satu negara. Bahkan ada piagam madinah yang menjadi bukti kecermer langan kesatuan yang dibangun oleh rasul.
     Namun, terdapat per bedaan kesatuan yang dibangun oleh Rasul saw di madinah dengan persatuan semu plura lisme. Hal ini bisa kita dapati komposisi masya rakat madinah yang ter diri dari beberapa kelom pok, antara lain:
Pertama, kelompok kau m muslim dari kalangan kaum muhajirin dan anshar, dan ini kelompok mayoritas.
Kedua, kelompok mus yrik yang berasal dari kabilah-kabilah yang ada dimadinah. Mereka sudah
Diwarnai oleh opini islam. Mereka sudah tidak nampak sebagai masya rakat tersendiri.
Ketiga, kelompok yahudi dari berbagai kabilah yang tinggal diwilayah kota madinah, termaksud yahudi Bani Quainuqa, dan kelompok yahudi yang tinggal diluar kota madinah yaitu yahudi Bani Nadhir dan Bani Quraidzah kelompok yahudi ini merupakan komunitas terpisah den gan kaum muslim, pemi kiran dan perasaan mer eka berbeda dengan kaum muslim. Begitu pula metode pemecahan masa lah diantara mereka. Sehinga mereka meru pakan kelompok masya rakat tersendiri yang terpisah dari masyarakat madinah.
     Masyarakat yastrib (madinah) sejak lama se lalu diintimidasi oleh ya hudi. Dengan demikian keberadaan mereka meru pakan masalah yang mungkin muncul paling awal ketika negara islam di madinah baru berdiri.

Oleh karena itu, hal ter sebut membutuhkan solu si. Maka, Rasulullah saw menyusun teks perjanjian mengatur interaksi kaum muslim dan sesama warga negara, hak dan kewa jiban warga negara dalam membangun laur negeri.
     Dari gambaran ter sebut, tampak  jelas bah wa masyarakat madinah terdiri dari beberapa kom posisi kelompok komu nitas. Namun hal yang menarik adalah bahwa semua kelompok itu tunduk kepada sistem dan hukum islam. Orang-orang musyrik dan komu nitas yahudi, semua nya tunduk kepada sistem islam dan hukum islam, sekalipun mereka masih memegang keyakinan masing-masing dan tidak memeluk islam. Tentu hal ini karena kekuatan sis tem dan hukum islam yang mampu menjawab setiap persoalan.
     Tidak ada kebebasan untuk membentuk kelom pok atau kerjasama den gan komunitas lain, tetapi semuanya terikat dengan sistem dan hukum islam.

Dengan petunjuk sistem dan hukum islam itulah yang membuat masya rakat madinah yang meru pakan masyarakat islam lahir sebagai kekautan besar yang membawa kegemilangan bagi dunia.
    Persatuan dari piagam madinah berbeda dengan persatuan dengan para digma pluralisme, bahkan pluralisme bertentangan dengan islam karena mengkomodasi kebebasan yang bertentangan dengan sistem dan hukum islam.

Bersatulah Dengan Ikatan Yang Benar
        Sumpah pemuda seja tinya wacana persatuan bingkai kebebasan yang berbasis pluralisme. Per satuan yang di bangun dengan ikatan yang rapuh yang tidak memiliki ke jelasan visi. Sumpah yang dilatarbelakangi oleh kon disi negeri yang terjajah tanpa memahami konsep islam mengatur kenegar aan.
 Sebagaimana sama yang terjadi dinegeri-negeri mu slim lainnya di masa itu, ada pengaruh sentimen.
Kebangsaan yang dimun culkan sebagai bagian skenario untuk menghan curkan intitusi kaum mus lim, yakni khilafah. Mem bangun masa depan den gan modal persatuan se mu kebangsaan justru ha kekatnya adalah memban gun persilisihan antar bangsa. Dari situlah lahir cikal bakal nasionalisme. Inilah kaum muslim terpe daya dalam intitusi dan perjuangan semu dari pada bersatu dalam kesa tuan shohih berdasarkan ideologi.
     Oleh karena itu kesa daran perluh dibangun, mahasiswa muslim harus jeli membaca ulang seja rah. Harus ada kesadaran untuk memperjuangkan kebangkitan dengan sun gguh memperjuangkan te gaknya khilafah. Khilafa h merupakan satu-satuny a sistem politik islam yan g mampu mensinergikan komponen sistem lainnya seperti hukum, pemerin tahan dllnya. Khilafah sec ara histori telah mengan tarkan umat islam menja di umat yang ter baik. Wa llahu’alamu bishshowab.