Minggu, 27 September 2015

#‎SahabatKesatriaTintaHitam‬
semoga bermanfaat....???
HIDUP ADALAH PILIHAN
apabila kita tidak mau memilih maka kehidupanlah yang akan memberikan pilihan kepada kita.............
kita adalah perahu yang kokoh yang sanggung menahan beban......
terbuat dari kayu terbaik dengan layar yang gagah menentang angin......
kesejatian kita adalah berlayar mengurangi samuder, menebus badai dan menemukan pantai harapan.......
sehebat apapun perahu diciptakan tak ada gunanya bila mana tertambung di dermaga......
dermaga itu adalah masa lalu kita, dan tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan kita..........
yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan, gelombang dan batu karang......
yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalan masalah yang menentang.......
hakikat perahu adalah berlayar disamudera menembus segalah rintangan........
hakikat penulis berlayar dilautan kertas.......
hakikat diri adalah berkarya menemukan kebahagiaan......
keberhasilan tidak diukur dari apa yanh tlah kita rai, tapi dari setiap masalh yang kita hadapi....
dan keberanian yang membuat kita tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi.....
SEKIAN DULU YA.
‪#‎SemogaBermanfaat‬

Jumat, 18 September 2015

Kirim Naskah
Caranya sangat mudah :
Tulis naskah anda di kertas ukuran A4 dengan spasi 1,5 dalam format Ms.Word. lalu kirim naskah Anda ke email kami; waderayasa@gmail.com. Sudah selesai. Mudah bukan??
Selanjutnya kami membutuhkan identitas diri Anda supaya kami bisa menghubungi Anda. Setelah Anda mengirimkan naskah Anda, Kirimkan juga Biodata diri Anda yang memuat; Nama lengkap beserta gelar; Tempat tanggal lahir; Alamat lengkap; no.HP/Tlpon; Pekerjaan; Twitter dan Facebook Anda; dan Instansi tempat Bekerja Anda.

Rabu, 16 September 2015

                                                      ARAH  PERUBAHAN MILIK MAHASISWA


perjuangan pemuda harus memiliki arah perubahan yang jelas dalam menemukan konsep perubahan yang sesungguhnya. tidak ada yang terkecuali perubahan itu sendiri. pemuda sangat memegang erat peran perubahan bangsa ini bahkan dunia. kata-kata tersebut masih sangat pantas kita mampirkan atau manset dalam otak kita. frase pemuda dalam perubahan itu sudah dibuktikan dari masa kemasa. akan tetapi arah perubahan itu belum sinifikan. dengan begitu, maka suatu pergeseran antara suatu detik dengan sepersekian detik selajutnya. alkan membawa kita pada titik yang berbeda dari waktu yang berbeda pula. singkatnya kita perlu berubah sebelum kita merubah keadaan di sekitar kita rubah. hanya saja sekarang apakah kita berubah dengan bergerak kedepan mengikuti sang waktu, atau tanpa arah perubahan yang statis di tengah dinamisasi.

atau justru bergerak kebelakang yang membawah kita kepada kemunduran. demikian pada akhirnya setiap komponen dipaksa untuk melakukan perubahan hakikatnya seluruh komponen di dunia. akan terasa menuju perubahan kolektif. perubahan yang terjadi pada manusia pada dasarnya, adalah bagian mikro dari perubahan kolektif tersebut.

Selasa, 15 September 2015

                              Politik kusut ala demokrasi.

politik negeri saat ini telah menjadi sebuah kewajaran saja. banyak elit-elit politik memanfaatkan politik busuk negeri dengan memperkayaa diri. pada saat pemilhan kepada daerah. Pemilu (baik perundang-undangannya, maupun pelaksanaannya) merupakan cerminan isi dan kwalitas demokrasi di sesuatu negara. Pemilihan Umum yang aturan-aturannya mengandung batasan-batasan yang mengakibatkan seseorang
tidak bisa menjalankan hak pilihnya dapat dikatakan, demokrasi di negara bersangkutan masih bisa dipermasalahkan. Kalau kita menyimak mekanisme dan tujuan Pemilu di Indonesia dewasa ini, maka kita akan menemukan fakta-fakta yang bisa menjadi bahan pemikiran untuk  menilai kwalitas sesungguhnya dari Pemilu itu sendiri dan sekaligus Demokrasi di Indonesia dalam era Orde Baru dewasa ini. Pertama, dengan adanya UU kepartaian yang hanya memungkinkan adanya 3 (tiga) kontestan dalam pemilu, yaitu Golkar, PPP dan PDI, ab ovo , dari permulaan kita sudah tidak bisa mengatakan bahwa pemilu itu demokratis.
Sebab segolongan masyarakat yang aspirasinya, pandangan politiknya tidak dapat tersalurkan kedalam salah satu dari tiga partai tersebut, dapat dikatakan telah tercabut hak pilihnya, atau setidak-tidaknya terhalang
kebebasan hak pilihnya. Bukankah bagi mereka berarti harus memilih alternatif: terpaksa tidak menggunakan hak pilihnya, atau terpaksa memilih salah satu dari partai-partai yang sesungguhnya tidak cocok dengan pandangan politiknya. Maka mudahlah ditebak, bahwa satu-satunya jalan untuk pelurusan demokrasi yalah penggantian UU tersebut diatas dengan UU kepartaian yang memungkinkan timbulnya partai-partai lainnya , sebagai peserta pemilu. Bahkan UU tersebut akan lebih demokratis jika memberi kesempatan kepada
perorangan untuk dapat mencalonkan/dicalonkan sebagai caleg wakil-perorangan. Kedua, pemilu di Indonesia ini mempunyai tujuan untuk memilih anggota-legislatif. Seperti kita ketahui kenggotaan DPR baru (hasil pemilu 1997) tidak seluruhnya dipilih rakyat melalui pemilu, sebab 75 kursi dihadiahkan kepada ABRI tanpa melalui pemilu. Siapapun tidak bisa mengatakan bahwa ketentuan yang demikian itu demokratis. Bisa dibayangkan, 75 kursi itu berarti pengambil-alihan kursi-kursi anggota-anggota DPR yang mewakili puluhan juta rakyat Indonesia. Biasanya penguasa Orde Baru membelanya dengan dalih adanya Konsensus Nasional. Bicara mengenai "Konsensus Nasional" , mesti di dalam benak kita timbul pertanyaan: Apakah partai-partai politik yang menanda tangani konsesus tersebut dapat dikatakan mewakili rakyat Indonesia saat itu? Bukankah saat itu joget politik Indonesia hanya ditentukan oleh gendang yang dipukul ABRI? Bukankah saat itu parpol-parpol, sebagian telah mengalami 'operasi' pada badan-wadaknya, meskipun ditutupi dengan baju lama? Saya kira kurun waktu lebih seperempat abad ini, sudah bisa membuka budi nurani penguasa Orde Baru untuk segera mencabut keberadaan "Konsensus Nasional" tersebut, demi pemulihan segala hal
negatif yang ditimbulkan karenanya. Dengan kata lain: alia tempora, situasi yang telah berobah membuat konsensus nasional sudah tidak relevant lagi dewasa ini, maka perlu dicabut. Dan sebagai akibatnya ABRI harus rela mengembalikan kembali 75 (dulu 100) kursi kepada yang berhak, yaitu wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu. Jumlah kursi ABRI di dalam DPR harus ditentukan berdasarkan peraturan yang demokratis, yaitu menurut perolehan dalam pemilu. Kiranya penguasa Orba/ABRI harus sudah saatnya menyadari tentang perlunya realisasi prinsip-prinsip demokrasi yang dituntut oleh UUD'45.


Syariat Islam sebagai ajaran politik sama sekali tidak menjadi panduan atau pertimbangan kecuali pada tataran ritual individual belaka. Dalam demokrasi, kekuasaan bergantung kepada restu dan dukungan rakyat (konstituen). Bukan sebagai sarana meraih ridho Allah SWT melalui penerapan Syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Inilah corak kehidupan politik demokrasi yang lahir dari rahim ideologi sekulerisme yakni pemisahan antara agama dari kehidupan. Sebuah pandangan dan sistem hidup yang terbukti rusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Di sebut rusak karena terbukti menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan atas diri rakyat. Atas nama demokrasi, tarif BBM dan TDL dinaikkan. Sementara asing dibiarkan merampok kekayaan SDA yang merupakan milik umat melalui liberalisasi ekonomi.
Demokrasi tidak sesuai fitrah karena bertentangan dengan kodrat manusia yang senantiasa membutuhkan dan mensucikan pencipta dalam setiap gerak dan aktivitas. Namun, hari ini kita menyaksikan : atas nama demokrasi, beragam kemaksiatan tumbuh subur atas nama kebebasan berekspresi. Sementara pembelaan terhadap Islam dan amar maruf nahimunkar dianggap perbuatan makar dan kriminal.
Sudah saatnya umat Islam menolak demokrasi dan kembali pada ideologi Islam. Yakni dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dan panduan guna mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat melalui perjuangan tegaknya Syariah dalam bingkai daulah Khilafah ala mihajinnubuwwah. Tegaknya Syariah akan mencegah lahirnya politisi busuk dan menumpas praktik korupsi yang mengerogoti negeri ini hingga tuntas, Wallahualam. []
Syariat Islam sebagai ajaran politik sama sekali tidak menjadi panduan atau pertimbangan kecuali pada tataran ritual individual belaka. Dalam demokrasi, kekuasaan bergantung kepada restu dan dukungan rakyat (konstituen). Bukan sebagai sarana meraih ridho Allah SWT melalui penerapan Syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Inilah corak kehidupan politik demokrasi yang lahir dari rahim ideologi sekulerisme yakni pemisahan antara agama dari kehidupan. Sebuah pandangan dan sistem hidup yang terbukti rusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Di sebut rusak karena terbukti menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan atas diri rakyat. Atas nama demokrasi, tarif BBM dan TDL dinaikkan. Sementara asing dibiarkan merampok kekayaan SDA yang merupakan milik umat melalui liberalisasi ekonomi.
Demokrasi tidak sesuai fitrah karena bertentangan dengan kodrat manusia yang senantiasa membutuhkan dan mensucikan pencipta dalam setiap gerak dan aktivitas. Namun, hari ini kita menyaksikan : atas nama demokrasi, beragam kemaksiatan tumbuh subur atas nama kebebasan berekspresi. Sementara pembelaan terhadap Islam dan amar maruf nahimunkar dianggap perbuatan makar dan kriminal.
Sudah saatnya umat Islam menolak demokrasi dan kembali pada ideologi Islam. Yakni dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dan panduan guna mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat melalui perjuangan tegaknya Syariah dalam bingkai daulah Khilafah ala mihajinnubuwwah. Tegaknya Syariah akan mencegah lahirnya politisi busuk dan menumpas praktik korupsi yang mengerogoti negeri ini hingga tuntas, Wallahualam. []


BIOGRAFI PENULIS
Haslin, lahir 23 November 1993 di kota ereke, Sulawesi Tenggara. Sekolah dasar 12 kulinsusu dan SMP 1 Tomia, Kabupaten Wakatobi Sultra. sedangkan sekolah menengah atas di SMA 1 agats, Kabupaten Asmat Provinsi Papua. Di sanalah ia menghabiskan jenjang sekolah sambil berdagang mencari sekeping uang demi sekolah. Ia adalah anak pertama dari lima bersaudara Pasangan Harlin dan Nurmiati. Ia juga memiliki banyak kakak sepupu. Ia meninggalkan kampung halaman dan pergi menuntut ilmu dari daerah papua sampai kembali ke sulawesi tenggara di kota kendari. Ia meneruskan pendidikan tinggi di Universitas Halu Oleo, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi. Selama menjadi mahasiswa ia aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Forum Studi Islam sebagai ketua umum. HMJ Sosiologi sebagai anggota, LDK-BKLDM sebagai anggota dan Gema Pembebasan Komsat Universitas Halu Oleo sebagai ketua umum.
           Selama tinggal di kendari, ia banyak aktif dalam Aktivitas Dakwah Kampus dan mengisi keberkahan ilmu dalam agama islam. Ia juga sering mengtreining mahasiswa-mahasiswa baru dalam berbagai kegiatan dakwah. Ia memiliki beberapa guru di antaranya ustd. Syahrabuddin Husein Enala S.sos yang telah banyak mengajari tentang nilai-nilai islam dari spritual sampai ideologi. Ada juga ustd. Hasrin S.sos dan Nurdin S.sos. merekalah yang banyak memberikan dorongan atau motivasi. Ia juga memiliki banyak teman baik dalam organisasi maupun di luar organisasi. Motto hidupnya ialah, Pekerjaan Utama untuk Dakwah.

Senin, 14 September 2015

JUDUL : KISAH AKTIVIS KAMPUS PENULIS : KESATRIA TINTAHITAM

di pagi yang cerah itu, terlihat seorang anak muda memasuki kampus besar yang terletak di kota kendari. langkah kaki terus di perdengarkan sampai akhirnya ia terhenti dan termenu ketika melihat kampys yang sangat luas dan besar itu. melilhat banyak orang yang ikut dengannya dalam kampus....
tak bertahan lama si pemuda tadi melajutkan langka kakinya untuk sampai di salah satu fakultas fisip. tak bertahan lama ia kemudian sampai juga di salah gedung fisip.
lalu ia mengeluarkan media kontaknya, di saat itu al-islam ynag dia pegang. ia kemudian bangkit melajutkan penusurannya, dari lorong ke lorong, kanting dan kelas-kelas yang ada ia masuki untuk membagikan alislam tersebut.
ia kemudian berhenti di panggiran motor, untuk melepas lelah, 2 orang mahasiswa lagi berdiskusi di samping. maka ia kemudian ikut bergabung, diskui itu membahas tentang tria politik.
mendengar itu pemuda tersebut dengan lantang menjelaskan bahwa. dalam tria politik ala demokrasi itu, dalam yudikatif... bahwa kekuasaan itu di tangan rakyat dan kedaulatan berada di tangan rakyat,, memang klau kita melihat pengertian demokrasi itu semua dari rakyat.
dan ini sebenarnya keliru artinya sistem demokrasi tersebut sdh salah,,,, jadi belum lagi kita membahas politiknya, ekonomi dan hukum itu makin salah
coba kita lihat dalam islam bahwa kedaulatan itu di tangan allah dan kekuasaan di tangan rakyat. jadi permasalahan undang2, ekonomi, politik, dan hukum sudah di jelaskan dalam al-quraan. bukan manusia. oleh karena itu wajarlah kalau demokrasi banyak. membuat orang kecewa. karna dalam pengertian saja uda salah...
‪#‎yutkajian‬
wassallam........


DAKWAH SEBAGAI POROS HIDUP
’Sesungguhnya kami telah menujutkan jalan yang lurus; yang  bersyukur dan ada pula yang kafir.’’ (QS. AL-Insaan [76] : 3)
Dalam pertualangan hidup ini, aku berfikir bahwa pada akhirnya, jalan akan berbagi dua. Jalan percaya dan jalan yang ingkar. Jalan yang benar dan jalan yang salah. Keduanya berbeda tegas. Seperti putih dan hitam, seperti putih dan hitam dan keduanya juga berlawan seperti cahaya dan kegelapan.maka keduanya akan bermuara, pada ujung yang berbeda tegas dan berlawanan disitulah kita akan memilih. Dakwah, sebagai dalam hidup juga sebagai pilihan dan aku telah memilihnya. Jalan dakwah bukanlah sesuatu yang buil in bersamaan lahirnya seorang manusia. Seperti iman, jalan dakwah adalah hasil dari sebuah kontemplasi.
Kusadari, membuat umat untuk memilih jalan dakwah, memiliki tangtangan tersendiri bagi bumi Indonesia terkhusus wilayah timur. Tantangan yang kenyataanya memiliki pergorbanan yang lebih lingkungan sosial-kulturan di indonesia cukup ideal untuk menjadikan para penjuang dakwah terasing di bumi penciptanya sendiri. Dakwah adalah sesuatu yang istimewa, pengembaknya akan merasakan sesuatu yang dahsyat dari pada sekedar mendapatkan harta dan gunung emas. Aku mengambil jalan ini jalan yang  dirintis untuk mengembalikan kemuliaan umat islam. Dakwah adalah segala-galanya dalam hidup. Tidak ada aktivitas yang lebih baik selain berada di barisan dakwah ini. Barisan yang akan menkokohkan hati ini.barisan orang-orang yang dekat dengan allah dan rasulnya. Barisan yang bernilai harganya ketika kita berada dalam barisan orang-orang yang mati syahit. Dakwah juga membuat semua umat islam menjadi penolong agama allah swt. Maka ketika melihat kisah rasullulah dan para sahabatnya ketika mereka berada dalam dakwah ini. Luar biasa yang mereka alami sehingga darah mengalir di sekucup tubuh. Cacian dan pukulan bahkan lemparan dari orang-orang kafir tak mengahalangi mereka untuk mengajak kepada kebaikan.Tapi dengan dakwah mereka tak pernah lelah sehingga bisa menikmati surga allah swt.
Mengutik dari perkataan syeakh taqiyuddin an-nabhani berkata bahwa dakwah islam mengharuskan kita untuk senantiasa memiliki tujuan tertentu. Selalu terus menerus memperhatikan tujuan tersebur. Bersungguh-sungguh dan tidak pernah beristrahat  demi tercapainya target dakwah. Karena itu, kita dapati mereka tidak akan puas hanya sekedar berpikir tanpa berbuat. Sebab ini hanyala khayalan yang membius. Mereka tidak akan rela berpikir tanpa ada tujuan. Yang demikian itu mereka selalu bersikap tegas dalam menggabulkan pemikiran dengan amal perbuatan, serta mengarahkan kedua-duanya untuk merealisir tujuan yang mereka yang usahakan secara nyata hingga tercapai.
Dakwah mengajak kita untuk memeluk islam di tunjukan untuk selalu memperbaiki aqidah/kepercayaan menguatkan hubungan dengan allah swt, dan menjelaskan kepada seluruh umat islam dengan melihat problematika kehidupan. Dengan cara ini dakwah akan dinamis dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian dakwah islam harus menyajikan peraturan-peraturan yang bisa memecahkan problematikan kehidupan manusia. Sebab, rahasia keberhasilan dakwah adalah keberadaannya yang dinamis dan mampu menyelesaikan problematika kehidupan manusia secarah utuh, sehingga terjadi perombakan yang menyeluruh terhadap diri manusia.
Para pengembah dakwah tentu tidak akan sungguh memikul beban tanggu jawab dakwah dan kewajiban-kewajibannya kecuali jika mereka menanamkan pada dirinya cita-cita untuk mengarah pada jalan kesempurnaan. Selalu mengkaji dan mencari kebenaran. Serta senantiasa meneliti kembali secara berulang-ulang setiap sesuatu yang sudah mereka ketahui agar dapat di bersikan dari segalah pemikiran asing yang mampu mempengaruhinya. Disamping itu selalu menjauhkan pemikiranya dari segalah sesuatu yang apabila didekati akan menyebabkan pemikirannya terjerumus. Semua itu bertujuan agar ide-ide yang mereka kembangkan tetap murni dan terpelihara. Kemurnian ide adalah satu-satunya jaminan untuk keberhasilan yang terus-menerus.
Disamping itu para pengembah dakwah harus menunaikan kewajibannya sebagai sesuatu yang di bebankan Allah di pundah mereka. Mereka melakukannya dengan gembira dan mengharapkan keridlaan allah. Mereka tidak berharap dengan amal perjuangannya itu imbalan tidak menungu ucapan terima kasih dan tidak mencari sesuatu apapun, kecuali keridlaan allah semata.
Ø  KUBUKA LEMBARAN BARU
Mengawali lembaran ini dengan sebuah kisah yang pada akhirnya akan menujutkan jalan yang benar. Pada saat itu saya tengah duduk di salah satu asrama mahasiswa yaitu asrama bidik misi. Aku termenu melamun di teras lobi asrama sambil melihat pemandangan yang begitu indah yang telah di karuniakan oleh allah swt kepada umat manusia ini. Disini lah aku sadar bahwa semua yang tengah aku lakukan selama ini hanyala sia-sia. Begitu banyak dosa yang aku perbuat. Sambil aku termenu tiba-tiba datanglah salah satu temanku sambil membawah salah satu buku. Kutanyakanlah kepada teman saya buku apa yang kamu pegang, teman saya tadi pun menjawab ini buku “peraturan hidup  dalam islam’’ buku ini yang kami kaji setiap satu pekan. Ternyata teman saya itu mau Halaqo di mesjid dengan bimbingan seorang guru.guru ini yang mengajarkan kader-kader islam 000. Dari sinilah aku mengenal partai politik islam internasioanal yang terbesar di dunia.
Setelah tiga minggu selepas pertumaan yang di lobi. saat ini Aku pun di pertemukan dengan seorang guru yang merupakan aktivis pergerakam mahasiswa. Dari sini kami memulai Halaqo pertama kami di salah satu mesjid kecil di dalam kampus di dekat asrama mahasiswa bidik misi. Beliau menjelaskan islam sebegitu luar biasanya, mulai dari spiritual, ideologi, hingga kenegaraan. pembahasan pun kiat lama kiat menarik. saya di buat terpana dengan kesempurnaan dan rasionalitas islam yang selama ini tidak di ketahui. Bahkan banyak muslim yang tidak mengatahuinya, sehingga mereka tak pede dengan ke islamannya. Ternyata islam bukan hanya tentang ibadah ritual (mahdloh). Inilah lembaran baru saya untuk selalu berdakwah.
Saya benar-benar terpesona dibuatnya sehinga mata dan telingah ini tak pernah lelah untuk mendengar dan melihat. Islam benar-benar terbukti sempurna, satu-satunya Din yang diridhoi Allah SWT. Rahmatan lil ‘alamin, bukanka umat ini akan menjadi umat yang terbaik, jika menerapkan  dan berpegang teguh pada islam. Halaqo semakin memuncak hingga sadar telaah masuk batas waktu, karena menurut peraturannya hanya boleh melakukan maksimal 2 jam. Di akhir pertumuan dia pun menyampaikan bahwa pertemuan ini akan di lanjutkan pada minggu depan di jam dan di tempat yang sama. Kemudian minggu depan itu tiba kami pun memulai pertemuan kedua di jam yang sama dan di tempat yang sama pun. Setelah beberapa bulan kami terus melakukannya Halaqo maka tibahlah saya masuk pada kajian buku ‘’peraturan hidup dalam islam’’.
Inilah awal pertemuan dengan para penjuang syariat dan khilafah. Kami di pertemukan dalam satu jamaah yang kecil. Saya ketemulah teman-teman halaqo dari berbagai daerah yang berbeda tempat. Dalam satu jamaah karna teman halaqo saya ada dari daerah Endreka dan lain-lainya duduk mengkaji islam itu. Islam memang tak mengenal ras, warna kulit dan golongan di padukan menjadi satu. Dan kesatuan ini membawah rahmat karna dengan kesatuan maka islam itu akan menjadi kuat. Berdiri kokoh tak ada yang membandinginya. Islam bagaikan tanah dengan batu yang tak bisa di pisahkan. Mereka saling hidup harmonis tak ada sedikitpun menjadi penghalang mereka. Didalam halaqo ini banyak yang kami dapatkan dari ilmu-imu guru kami. Banyak kemudian tantangan dan rintangan dalam perjuangan dakwah kami di kampus. Namun tak hanya itu saya dan teman-teman seperjuangan saya kerap mendapatkan terror. Teror dari beberapa person yang merupakan bagain komunitas yang merupakan komunitas yang menyebut dirinya intel. Tapi tak sedikit pun kami merasa gentar. Karena sadar ujian berupa halangan, rintangan, ancaman, godaan, dan ganguan sudah menjadi bungah perjuangan yang di pilih.
Toh, bagi para ulama mukhlis terdahulu juga tidak pernah takut sedikitpun. Bahkan penjara adalah wisata dan mati dalam perjuangan adalah jalan syahid menuju surga. Hidup mulia atau mati syahid bergerak berkali-kali karna mati hanya sekali. Kukabarkan kepada orang tua saya bahwa saya mengikuti kajian atau Halaqo dan agenda-agenda dakwah di organisasi terbesar di dunia ini orang tua saya pun mengijikan subhanulah jawaban yang tak saya duga-duga muncul dari kedua orang tua.
‘’ Hai orang-orang yang beriman, peliharaan dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai allah terhadap apa yang di perintakanya kepada mereka dan selalu mengajarkan apa yang di perintakanya,’’ ( QS. At-Tahrin [66] : 6)
Banyak kemudian agenda-agenda dakwah yang saya ikuti bersama teman-teman saya di LDK dan GEMA PEMBEBASAN. Sungguh agande terus kami lakukan bersama teman-teman seperjuangan. Inilah orgensinya para pengembang dakwah selalu di nomor satukan dakwah dari pada yang lain. Poros hidup para pengembah dakwah bukan harta, jabatan dan tahta tetapi adalah dakwah. Sehingga agenda kami terus terlaksana dengan baik dan selalu sukses. Perjuangan ini adalah investasi untuk kehidupan nanti.
Pengorbanan selalu ada. baik itu waktu, tenaga, pikiran dan harta selalu menghiasi dakwah ini. Diantara yang dituntu oleh pengembah dakwah adalah pengorbanan di jalan allah. Berkorban untuk kemenangan islam. Apalagi aktivis dakwah kampus di tuntu untuk lebih banyak mengeluarkan hartanya di jalan allah. Allah akan membalas semua itu dengan ganjaran surga. Rasulullah dan para sahabatnya tentu menjadi sebuah contoh bagi kita yang hari ini terjun dalam dunia dakwah. Contoh terbaik dalam pengorbanan yang tak tertandingi. Mereka adalah generasi yang sangat memahami pengorbanan dalam dakwah ini adalah jalan allah dalam perwujudan dari cintanya yang sejati kepada allah dan rasulnya.
Kita mungkin pernah mendengar bagaimana ‘’singa allah’’ Khalid bin walid, panglima perang gagah-berani, dengan penuh kebangaan berkata, ‘’aku lebih menyukai malam yang sangan dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang musuh pada pagi hari, daripada menikmati indahnya malam pengantin bersama wanita yang aku cintai atau aku dikabari dengan anak laki-laki.’’ (HR. al-mubarak dan abu nu’aim).
Kita pun mungki ingat sultan salahuddin al-ayyubi, generasi yang lebih belakangan, begitu cintanya berkorban di jalan allah, ia lebih menikmati kehidupannya di kemah di tengah-tengah pada pasir ketimbang hidup enak di istana. Para sejarawan menulis setiap pembicaraan sultan selalu berkisar di seputar jihat dan mujahidin. Ia selalu mengamati senjatanya dan lebih senang hidup di kemah di tenggah-tenggah pada pasir.
Demikian sekilas contoh dari generasi terbaik umat islam yang begitu cintanya terhadap pengorbanan di jalan dakwah ini. Ingat  semuah contoh diatas adalah orang-orang yang rela mengorbankan sesuatu baik harta, waktu, istri dan anak-anaknya bahkan yang paling berharga pada dirinya yakni jiwa mereka demi dakwah di jalan allah.  
Lantas bagaiman dengan kita? Apakah kita sudah mengorbankan harta kita? Sering kita lalai dalam halaqo, terkadang infak jarang kita berikan kepada musrif kita. Apakah ini namanya pengorbanan. Yang namanya pengorbanan itu apapun agenda dakwah dalam kumpus kita selalu sempatkan hadir. Dan ikut serta dalam menjual tiket, menempel opini dan sebagainya.Ingatlah? Dakwah islam senantiasa menunggu pengorbanan setiap aktivis dakwah. Ingahlah pula tegaknya islam pada masa lalu di mana wujud daulah islam di madina telah menguras begitu banyak keringat, airmata, bahkan darah kaum muslim. Menyita bagitu banyak harta mereka. Dan mengorbankan begitu banyak jiwa mereka. Jangahlah kita berpikir bahwah aktivitas dakwah adalah aktivitas sampingan dan temporer yang bisa kita lakukan setelah kita memunuhi agenda-agenda kita dan seluruh kebutuhan kita hanya pada saat-saat tertentu saja, misalkan ketika selesai kegiatan yang kita lakukan dalam dakwah kampus maka habislah juga aktivitas kita. Kita bergerak katika ada kegiatan-kegiatan besar. Coba kita menalaah kisah-kisah diatas.
Ø  PERJUANGAN HAKIKI
Nada sumbang dalam setiap getar detik jantung ini berbunyi mengeluarkan suara dan cerita. Ada sejuta rasa timbul dalam sebuah perjuangan di dunia kampus bersama tim halaqo yang di penuhi aktivitas dakwah. Selama roda waktu berputar, entah berapa banyak langka tak terhitung, sindiran dan gunjingan nada sumbang, kekurangan nada begitu pilu setiap kisah perjuangan yang di torehkan dalam sebuah album. Kesadaraan akan islam sebagai jalan hidup dalam pencarian kebenaran seorang musrif mengubah jati diri sebuah tim halaqo bisa menjadi penjuang islam. Lika-liku dasar perjuangan dan pembelajaran. Detik demi detik minggu demi minggu sang musrif menyampaikan kepada tim halaqonya. Hingga sampai di mana waktu tak lagi menahan kuasa untuk menahan lahirnya penjuang-penjuang di dalam dakwah untuk melajutkan kehidupan islam. Kami mengerti perjuangan ini tidaklah mudah penuh duri dan luka membuka setiap perjuangan baru dan pengetahuan. Atas kebenaran yang segera di sampaikan kepada khalayak mahasiswa.  
Dikala setiap manusia mendamba dunia, ia merubah haluan kekanakan menjadi dewasa. Di saat godaan dunia memuncak ketika tiba dewasa, aku putuskan membuat jalan baru hidupku hanya untuk dakwah. Hari ini kami berjuang bersama dalam satu ikatan persaudaraan demi melajutkan kehidupan islam dalam naungan khilafah. Begituhlah hasil akhirnya seperti skor sepak bola, lebih seru menjalani pertandingan hanya mendengarkan hasil akhir dari teman sebelah. Lebih seru menjalani dakwah berjamaan dari pada hanya mendengarkan kisah serunya dan tidak dakwah sama sekali. Waktu terus berlalu di masa peralihan menuju kedewasaan, banyak rasa dan asa teruji dari mulai biaya dan perhatian keluarga.di sekolah menengah atas saja aku hanya berbekal kemauhan tinggi untuk belajar dan selalu ingat melajutkan ke bangku kuliah. Setiap hari selalu berjuang mengumpungkan tetes darah untuk dipersembahkan dalam ritual pendidikan. Jarang rasanya merasakan aroma wanggi rumah dan hangatnya  selimut tebal. Semua terlewati hanya dan jika hanya waktu terus aku gali dan bajak dengan mata cangkul pemikiran islam.
‘’ jangan pernah menggeluh, bumi ini tak akan menerima tetasan air mata’’
Meneruskan sebuah prinsip untuk mandiri, setiap hela nafas menara gading. Dakwah tak mengenal tempat dan waktu, selamat itu bukan tanpa halang ringtanga menghadap, ratusan bahkan ribuan  bukan perkara menghitung jari atau membalikan telapa tangah yang dengan mudah kita lakukan dalam hitungan detik. Di tambah sebuah tantangan akan syariah dan khilafah yang disandingkan dengan banyak isu negative. Bukan iman jika tak di uji, bukan muslim kalau tak mau terus berlari kalau hanya berangan-angan dan diam. Naik-turun ketakwaan mewarnai dakwah, kepecayaan dipertemukan sebagai bentuk terindah mahakarya manusia. Sartono adalah kawan saya atau tim halaqo, nama kawan seperjuang ini ketika kami di petemukan dalam tim halaqo bersama-sama kemudian kami berdua mengadu maju dalam perjuangan ini. Tak pernah menyerah karna dalam mengembahkan opini islam di dalam kampus besar ini.   
Kami belajar bersama dan bercerita tentang islam dari akar sampai kedaun. Ketika seseorang yang kita cintai karena allah swt mulai menampakan muka ceria, selajutnya ia akan menerima setiap kebenaran dari perkataanmu. Namun setiap lika-liku menjadi sebuah inspirasi yang meniadakan sakit pening akan ketidakpastian jawaban dari percobaan berikutnya. Bila bisa mencoba seribu kali, maka akan kulakukan itu dengan sungguh-sungguh cinta karena allah swt telah meresep ke dalam setiap artikel dan mengalir menggelilingi tubuh ini berkali-kali.
Rasalullah saw besabda ‘’ barang siapa mengajak kepada petunjuk allah, maka ia akan mendapatkanya pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa di kurangi sedipun oleh pahala mereka.’’ (hr. muslim)
Sabda diatas sudah cukup menjadi alasan untuk bertahan di jalan dakwah ini. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa amalan yang kita lakukan sehari-hari akan membuat gemuk rekening pahala kita. Pahala yang di dapat dari dakwah ini insyaallah akan turut menjadi cadangan amal kita saat di timbang di yaumul mizan nanti.
Insyaallah menebar kebaikan ini termaksud kedalam salah satu dari amalan yang tidak akan pernah terputus walau ruh telah terpisah dari raga. Semakin kuat petik dawai, makin merdu nada berlarian saling kejar-kejaran membentuk sebuah keturunan bentuk dalam alunan sonar dan bunyi nyayian sunyi. Dakwah, begitulah adanya ketika kita melakukan sebuah aktivitas hari ini. Tidak adalah harapan tutur kata berada dalam barisan kolom-kolom rubric surat kabar nasional. namun akan banyak binar- binar mata menghantang sebuah perubahan diri dan mengorbangkan kembali sebuah kata tertual makna. Jaganlah pahitnya obat menghalangi upaya bersehat. Ada asap yang mungandara pasti ada sekam terbakar api, selalu ada sebab dan akibat dalam kehidupan, namun campur tangan allah swt memiliki andil lebih besar sekedar peluang usaha manusia biasa.
Pertama memikirkan kata ‘ideal’, beberapa kata terlintas begitu saja di benak: pengkaderan yang sehat, syi’arnya kuat, manajemennya tepat, fikroh dan orientasinya selamat, rekrutmennya semangat, progresnya cepat, dan jaringannya kuat. Namun naif rasanya menyebut ini sebagai ideal. Pasalnya kadar idealisme itu relatif, tergantung pada bahasanya. Beda persepsi, beda pula kadar idealismenya. Terlebih tulisan ini menyoal dakwah kampus pada tataran konsep, yang secara prinsipil merupakan kerangka tubuh atas pergerakan dakwah di kampus. Jelas perkara yang tak boleh main-main, bukan? Pun begitu, adalah wajib bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk memahami konsep dakwah kampus, sehingga ada korelasi antara pemahaman dan pergerakan.
Dakwah kampus memang terasa sulit untuk kita bayangkan. Tetapi ketika kita berkecimput di dalam dakwah kampus maka kita akan tau apa yang sedang terjadi. Seseorang aktivis dakwah kampus akan banyak mengalami suasana terharum bila mana ia menjalani dakwah dengan sungguh-sungguh. Karna di sana banyak umat yang harus kita perhatikan.
Keterlibatan setiap individu muslim dalam sebuah jamaah dakwah jelas merupakan kewajiban dari allah swt. Namun demikian, kewajiban dakwah secarah berjamaah ini bukan berarti mengugurkan kewajiban dakwah fardiyah (individual/personal). Dakwah fardiyah tidak lain merupakan pilar penopang dakwah secarah berjamaah.
Sayangnya, ada semacam ‘sindrom’ yang, disadari atau tidak, sering diindahkan oleh sebagaian aktivis dakwah kampus dalam berjamaah. Bergabung dalam aktivis dakwah kampus, bahkan menjadi anggota tetap dalam organisasi. Tidak sedikit aktivis dakwah kampus merasa hanya karena mereka tercatat sebagai anggota jamaah dakwah. Padahal mungki mereka lakukan bertahun-tahun membayar infak, atau membaca bulletin dakwah. Secara fardiyah, tidak ada yang di lakukan selain itu. Tidak melakukan kontak-kontak dakwah secarah individual. Tidak melakukan pembinaan, tidak mengisi acara-acara pengajian. Tidak juga memperluaskan ide-ide yang diadopsi jamaahnya. Meski sekedar dengan menyebarluaskan bulletin dakwah sekaligus menjelaskan isinya kepada masyarakat. 




MEMASUKI DUNIA KAMPUS
Ø  MENJEMPUT CITA-CITA
Pada tahun 2012 saya pun lulus ujian nasional SMA di kota papua di sinilah saya menjemput mimpi-mimpi itu untuk masuk di penguruan tinggi negeri, saya memutuskan untuk kembali ke sulawesi tenggara di kota kendari. Hiru pikul kehidupan ibukota tak menyurutkan semangat saya untuk menjemput cita-cita. Dunia baru pun aku sambut dengan suka cita yang membanggakan buat saya karna tak semua orang bisa menikmati perguruan tinggi. Banyaknya orang yang tak mampu menikmatinya karna tereliminasi dengan kondisi ekonomi yang kurang memadai inilah system kapitalis orang kaya akan bertambah kaya sedangkan orang miskin bertambah miskin. Padahan kekayaan alam sangat melimpat tapi hanya sebagian orang saja yang bisa menikmatinya, yaitu orang kalangan atas sedangkan orang dari kalangan bawah tidak bisa menikmati kekayaan alam negeri. Penguasa saat ini lebih baik memberikan kepada orang asing dari pada kepada rakyatnya sendiri.kalau kita menelaan ayat-ayat allah kekayaan tersebut harus di kembalikan sebagai mana dalam hadits yang berbunyi:

‘’manusia berserikat dalam tiga hal: air, padang gembalaan, dan api” (hr. abu dawud)
Tapi ternyata semua ini di kelola oleh rakyat tapi malah penguasa negeri ini di perjual belikan dan di serahkan kepada asing. Sungguh aneh negeri ini. itu tidak terjadi sama saya walaupun dengan keterbatasan ekonomi saya tetap menikmati bangku perguruaan negeri. Setiba saya di kota kendari saya mendaftar di salah satu perguruan tinggi ternama di Sulawesi tenggara yaitu universitas halu oleo. Bersama dengan sepupu saya kami memasuki kampus untuk ikut ujian pada saat itu kami beda ruangan saya di ruangan A dia berada di ruangan D. saat tiba pengumuman namaku tidak saya lihat sedangkan sepupu saya tadi berhasil masuk di salah satu fakultas MIPA. Dengan rasa kecewa saya pulang ke kos saya untuk menunggu tes di universitas lain tapi tak di sangka pada saat jam 14.00 siang hp saya berbunyi saya tenggah duduk sambil menikmati sebatang rokok di kamar. Saya pun mengangkat bunyi telfon tersebut ternyata tetangga rumah saya di tomia dia mengabarkan bahwa saya di terima di fakultas fisip pada. Saya tak percaya dengan kata-kata dia.
‘’aaahhh’’ tidak mungkin saya lulus saya sudah periksa di Koran nama saya tidak keluar dia pun memanggi saya untuk ke kosnya yang ada di dalam kampus, saya pun ke sana untuk memeriksa apa betul namaku ada dikoran atau tidak ada. Dengan sedikit ragu-ragu saya jalan ke tempat kosnya setelah tiba di kosnya dia memperlihatkan namaku ternyata betul namaku lulus di fakultus fisip jurusan sosiologi.
Siang itu saya melangkakan kaki menuju kos dan memgambil berkas-berkas untuk pedaftaran ulang saat itu juga, setelah melengkapi semua berkas aku bergegas ke kampus pada pukul 14.46 saya ketempat pedaftaran ulang untuk mengambil kartu. Akhirnya saya tercatat juga sebagai mahasiswa dengan rasa bangga saya menjemput dunia baru ini dengan tabah dan sabar menjalininya. Setelah beberapa bulan berjalan perkuliahan saya  ketemu dengan senior saya untuk menawarkan beasiswa bidik misi. Beasiswa ini adalah program kerja menteri pendidikan yang awal di cetuskan pada tahun 2010 . beasiswa ini untuk kalagan yang tidak mampu tapi berpretasi. Awalnya bidik misi ini saya talok karna, saya mendengar dari senior saya bidik misi ini diasramakan di dalam kampus dan tidak bisa bebas karna semuanya di jaga. Artinya di sana tidak bisa meroko, keluar malam dan IPK kita harus diatas 2,75 tidak bisa kurang, ketika IPK kita di bawah standar maka mahasiswa tersebut akan di berhentikan beasiswanya.
Banyak teman-temanku yang satu kelas mendapatkan beasiswa ini mereka ternyata sudah di uruskan oleh gurunya di sekolah masing-masing. Tapi saya juga tidak tau informasi tersebut sebelumnya itu pun pada saat berada di kampus saya mendengar program beasiswa bidik misi ini. Saya menjalani hari-hari berada di kampus seperti biasa dengan teman-teman baru saya di kampus. Pagi itu adalah awal saya masuk kuliah pagi sebelum pukul jam 08.00 tiba lah di kampus inilah awal saya turun ke jalan untuk aksi atau demo dari ajakan senior saya. Saat kami masuk dalam kelas, tiba-tiba senior kami masuk dalam ruangan yang atas namakan HMJ mereka masuk berombongan salah satu dari mereka mulai menyampaikan tentang beberapa gerakan mahasiswa dan membahas organisasi kemahasiswaan kampus untuk di perkenalkan. Maka mereka mengatakan bahwa kita mahasiswa harus lebih aktif di dunia pergerakan mahasiswa dan ke organisasian. Peran mahasiswa sangat penting di kanja perpolitikan saat ini karna mahasiswa memgawal dan menyusul perubahan itu. dengan kondisi saat ini rezim yang tak bisa membangun kesajahteraan rakyat dan banyak kebijakan-kebijakan yang tidak pro dengan rakayat. Ian (senior) menyatakan mahasiswa juga juga harus tidak berpajukan dengan kuliah tho, harusnya mahasiswa juga harus lebih aktif dalam pergerakan. Kuliah yang di berikan dosen itu tidak semuanya tersampaikana hanya sekitar 40% saja yang lainnya itu di cari sendiri.
Saat asyik-asyik mendengarkan penyampainya dari senior saya tadi yang bernama ian, tiba-tiba muncul orang yang sedikit keras bicaranya dan nada yang begitu tinggi, kami pun kaget dan terdiam ternyata mereka mengajak kami untuk turun demo di kantor DPRD, dengan rasa takut kami terus diam ian tadi menggankat bicara, inilah saatnya kalian membuktikan bahwa mahasiswa harus kritis dan mau memperjuangkan hak-hak rakyat. Akhirnya dengan hati terpaksa kami pun ikut dalam aksi ini, kami kemudian di bawah keluar ruangan dan masuk ke dalam mobil untuk ikut aksi ini. Tapi sayang gerakan yang kami bangun ini hanya gerakan hura-hura saja atau gerakan keterpaksaan karna tidak datang dari lubung hati kami yang seharusnya gerakan yang kita bangun harus ada dalam lubung hati yang dalam dan terbangun dalam gerakan nasi bungkus. Garekan nasi bungkus artinya kita turun aksi menyampaikan aspirasi dari masyarakat gara-gara sebungkus nasi atau seikat uang dari orang lain.

Ø  GERAKAN MAHASISWA TAK HANYA SEKEDAR GERAKAN
Banyaknya pergerakan mahasiswa ini yang terus menerus melakukan aksi-aksi perubahan akan tetapi aksi-aksi yang merekan lakukan itu hanya sekedar euforia saja. Kita lihat saja banyak media-media massa, online dan lain-lainnya yang menginformasikan aksi-aksi yang di lakukan oleh mahasiswa. Di dalam media massa itu seringkali mahasiswa melakukan aktivitas perkelahian dengan polisi, membakar ban sehingga kendaraan tak bisa lewat. Kadang juga mahasiswa ini melakukan pengurusakan jalan dan kantor inilah watak buruk mahasiswa. Ini juga sering terjadi pada mahasiswa yang ada di dalam kampus saya, ketika melakukan aksi sering kali terjadi tawuran antar mahasiswa dan polisi kadang mereka memblokir jalan raya sehingga mobil pun tak bisa lewat kedalam kampus.
Keberanian harus di atas pengetahuan” ??
Begitulah kutipan dari pernyataan salah seorang aktivis mahasiswa. sikap berani adalah yang terpenting dimiliki seorang mahasiswa, atau istilah lainnya disebut tukang gertak, dan soal pengetahuan, itu masalah nanti. Refleksi dari kutipan di atas, jika ditarik hubungkan dengan sejumlah permasalahan pergerakan mahasiswa di Indonesia saat ini, seolah merajut benang merah akar penyebab permasahan tersebut. Mari perlahan, kita coba rajut dengan keterbukaan berfikir dan keikhlasan belajar.
Keberanian atau Nekat ?
Ada sejumlah definisi tentang ‘keberanian’. Julius A Cartage menyatakan bahwa “Keberanian adalah serigala dan pengecut adalah mangsa”. Kemudian Dawson Peter Amstrong berujar “Berani bukanlah siap menghunus pedang, tetapi siap memasukkan pedang ke sarungnya”. Lalu, Aristotele menyatakan bahwa, “The conquering of fear is the beginning of wisdom”.
Keberanian, haruslah sebagai sikap perjuangan yang jelas dan dapat di pertanggungjawabkan dengan segala nilai kebenaran. Keberanian bukan berarti asal maju tanpa menghitung risiko, tapi keberanian adalah semua tindakan strategis yang telah terhitung secara akurat sebelum melangkah ke tindakan yang lebih jauh.
Keberanian tidak sama dengan nekat atau asal maju, yang tanpa memahami dan mengetahui permasalahan secara utuh, tapi keberanian ialah sebuah sikap atau karakter yang di dukung oleh pengetahuan yang mumpuni. Bila keberanian bermakna nekat atau asal berani, maka sesungguhnya itu adalah kebutaan dalam memaknai keberanian secara benar dan tepat. Keberanian harus memiliki landasan, manfaat, tujuan, dan perencanaan yang matang. Kemudian, sejatinya keberanian diikuti dengan keinginan untuk terus belajar dan mencari kebenaran, bukan pembenaran.
Kembali pada studi kasus mahasiswa di atas, apa yang dinyatakan dalam kutipannya adalah lebih kepada nekat, bukan keberanian. Karena disana ada pemisahan antara keberanian dan pengetahuan.
Jika kita coba menelaah pergerakan mahasiswa hari ini, maka belum banyak kita temukan pergerakan yang berbasis keberanian sebagaimana pemahaman sesungguhnya di atas. Kata ‘pergerakan’ masih dimaknai oleh sebagian besar mahasiswa, dekat dengan aksi demonstrasi atau aksi-aksi sensasional yang bersifat perlawanan vertikal. Hal ini sepertinya masih dipengaruhi oleh euforia aksi senior mereka saat reformasi 1998.Banyak yang berpendapat bahwa pergerakan dengan pemahaman dan pendekatan lama tersebut sekarang sudah tidak lagi relevan. Apalagi, modal yang digunakan adalah nekat, maka itu hampir sama dengan bunuh diri. Lalu bagaimana pemahaman dan pendekatan seharusnya yang relevan dengan kondisi kekinian saat ini ?.
Pengetahuan : Modal Dasar Gordon (1994 : 50) mendefinisikan pengetahuan (knowledge) sebagai dasar kebenaran atau fakta yang harus di ketahui dan diterapkan dalam pekerjaan. Selanjutnya menurut Nadler (1986 : .62), pengetahuan adalah proses belajar manusia mengenai kebenaran atau jalan yang benar, tujuannya untuk mengetahui apa yang harus diketahui untuk dilakukan. Merujuk kepada beberapa definisi di atas, terlihat bahwa pengetahuan disini menjadi sebuah modal dasar dalam setiap tindakan. Begitu juga halnya dengan sebuah keberanian. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa keberanian sesungguhnya harus berlandaskan modal pengetahuan yang kontekstual dengan tindakan yang akan dilakukan.
Saat ini tengah berkembang di berbagai belahan dunia, sejumlah gerakan berbasis pengetahuan. Melingkupi berbagai sistem, mulai dari ekonomi, inovasi teknologi, pembangunan, dan sejumlah sistem lainnya, semua berbasis pengetahuan. Dari basis inilah tumbuh keberanian dan kepercayaan diri dari sebuah gerakan. Begitu juga dengan pergerakan mahasiswa, modal pengetahuan seharusnya menjadi basis atau modal utama. Pergerakan seharusnya dimaknai secara luas, mulai dari aksi sosial, kewirausahaan, pendidikan, seni budaya, dan berbagai jenis aksi lainnya yang bertujuan positif dan dilakukan dengan metode-metode yang juga positif, inilah seharusnya integritas pergerakan mahasiswa dengan ciri intelektual yang tidak hanya menjadi menara gading. Namun juga mengakar menyentuh rakyat dengan hasil olahan mereka terhadap kompleksnya ilmu pengetahuan. Sebagian kelompok mahasiswa saat ini telah melakukan dan berupaya memaksimalkan pemahaman dan pendekatan berbasis pengetahuan tersebut. Hanya saja mereka masih sebagian kecil dan sebagian besarnya masih bermodal jumlah massa dan nekat.
“Akuilah dengan hati bersih bahwa kalian bisa belajar dari orang barat. Tapi jangan sekali-kali kalian meniru mereka. Jadilah murid-murid dari timur yang cerdas”
Begitulah himbauan bagi para manusia Indonesia dari seorang Tan Malaka, pemikir terbaik bangsa yang pertama kali menulis konsep tentang Republik Indonesia dan berhasil menghidupkan akal sehat orang timur melalui karya fenomenalnya : Materialisme, Dialektika, dan Logika (Madilog). Himbauan di atas sangat tepat bagi kelompok mahasiswa yang bersikap konservatif. Konservatif adalah sebuah sikap resisten atau ketertutupan terhadap hal-hal baru. Sikap ini sesungguhnya tidak sepenuhnya salah, karena salah satu tujuannya adalah menjaga identitas atau karakter asli dari keyakinan yang positif. Namun sikap ini menjadi bodoh ketika dilakukan secara berlebihan. Sehingga memunculkan benteng terhadap gagasan-gagasan baru yang sesungguhnya benar.
Hal ini akhirnya membuat mereka terkungkung dalam kesempitan cara pandang, sementara di luar benteng mereka ilmu pengetahuan terus berkembang. Doktrin kebenaran bagi mereka seolah kaku, statis, dan tidak dinamis. Sifat kritis yang lahir, tumbuh secara tidak seimbang. Hanya mengkritik keluar, namun jarang menggugat ke dalam  sistem apa yang telah diyakini selama ini. Alhasil kedangkalan pemaknaan terhadap urgensi pengetahuan pun membuat mereka bergerak dengan mengabaikan modal dasar ; pengetahuan. Penyebab munculnya sikat konservatif ini tentu beralasan. Munculnya sejumlah gerakan yang berupaya menyebarkan paham pemikiran dan ideologi mereka di Indonesia adalah salah satu alasannya. Mahasiswa sebagai generasi masa depan tentu disini menjadi sasaran strategis. Hal ini kemudian dilakukan melalu berbagai metode, sehingga akhirnya berhasil mencuci otak para mahasiswa dan membunuh daya kritis mereka melalui indoktrinasi.Indoktrinasi yang berlangsung secara terus menerus membuat mereka semakin kerdil. Mereka terkurung dalam kesempitan doktrin, merasa menjadi yang paling benar dan yang lain adalah salah. Yang salah dianggap sebagai musuh dan tidak bisa dipercaya. Kelebihan pengetahuan dan keunggulan lainnya yang dimiliki oleh pihak lain dianggap sebagai sebuah ancaman terhadap eksistensi mereka. Sehingganya, jalan apapun kemudian dihalalkan untuk memusnahkan ancaman-ancaman yang membahayakan tersebut, demi memuluskan jalan meraih kekuasaan politik. Mereka menjadi buta, bodoh, pecundang, dan tanpa integritas. Inilah bahaya laten dari paham konservatif yang berkembang dan menjadi hambatan dari berkembangnya gerakan mahasiswa yang berbasis pengetahuan.
 Gerakan mahasiswa yang ideal untuk kondisi zaman ini adalah, sebuah gerakan yang berani karena berbasis ideology yang benar. Bukan sebuah gerakan nekat dan konservatif yang kuno, klasik, dan tidak berkembang serta tidak relevan dengan kebutuhan zaman.Sikap konservatif yang merebak ini memang cukup dilematis. Di satu sisi hal ini sebagai pertahanan terhadap nilai-nilai yang dianggap benar, di sisi lain hambatan untuk maju dan berkembang. Kompleks memang, karena terkait dengan relatifitas asumsi kebenaran, konspirasi perang pemikiran, dan benturan serta distorsi budaya yang terjadi antara keyakinan dan kepercayaan. Gerakan mahasiswa ideologis bagaikan tulang punggung yang mampu memikul tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi.
 Allah SWT pernah memperingatkan kita dalam suatu ayat di QS Al-Baqarah:30, yang menyiratkan bahwa manusia ialah makhluk Allah yang diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi.
 Amanah itu tidak-lah semudah membalikkan telapak tangan saja, melainkan butuh banyak perjuangan (jihad) yang dilandaskan akan niat ikhlas karena Illahi saja. Kita ambil contoh dari riwayat sahabat nabi yang membantu Rasulullah SAW dalam membina dakwah di muka bumi sehingga saat ini kita alhamdulillah merasakan hidayah Islam tersebut yang mahal harganya. Perjuangan mereka begitu luar biasa, mengorbankan jiwa, raga, ilmu, tenaga, hingga harta yang mereka miliki hanya untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini, dan mengajak manusia ke amal ma’ruf nahi munkar. Mendengar istilah ‘ideal’ tentunya yang paling menonjol ialah situasi atau keadaan dimana sebuah instrument ataupun sistem berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan atau yang diinginkan.
Wajah masa depan dunia berada di tangan pemuda-pemudi Muslim. Mereka dituntut menyelesaikan tiga persoalan global yang kompleks. Tuntutan ini lahir bukan semata karena banyaknya jumlah pemuda-pemudi Muslim di dunia, tapi juga karena adanya tanggung jawab keilahian untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil'alamin.

‘’ ingat? Gerakan mahasiswa yang ideal, tidak hanya sekedar mendapatkan sensasi karena ingin di kenang dalam sejarah ketika menghasilkan berbagai pergolakan dan berhasil menumbangkan rezim, namun gagal menemukan solusi yang tepat untuk mengeluarkan negeri ini dari lembah kenestapaan dan penderitaan.’