#SahabatKesatriaTintaHitam
semoga bermanfaat....???
HIDUP ADALAH PILIHAN
apabila kita tidak mau memilih maka kehidupanlah yang akan memberikan pilihan kepada kita.............
kita adalah perahu yang kokoh yang sanggung menahan beban......
terbuat dari kayu terbaik dengan layar yang gagah menentang angin......
kesejatian kita adalah berlayar mengurangi samuder, menebus badai dan menemukan pantai harapan.......
sehebat apapun perahu diciptakan tak ada gunanya bila mana tertambung di dermaga......
dermaga itu adalah masa lalu kita, dan tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan kita..........
yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan, gelombang dan batu karang......
yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalan masalah yang menentang.......
hakikat perahu adalah berlayar disamudera menembus segalah rintangan........
hakikat penulis berlayar dilautan kertas.......
hakikat diri adalah berkarya menemukan kebahagiaan......
keberhasilan tidak diukur dari apa yanh tlah kita rai, tapi dari setiap masalh yang kita hadapi....
dan keberanian yang membuat kita tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi.....
SEKIAN DULU YA.
#SemogaBermanfaat
Minggu, 27 September 2015
Jumat, 18 September 2015
Kirim Naskah
Caranya sangat mudah :
Tulis naskah anda di kertas ukuran A4 dengan spasi 1,5 dalam format Ms.Word. lalu kirim naskah Anda ke email kami; waderayasa@gmail.com. Sudah selesai. Mudah bukan??
Caranya sangat mudah :
Tulis naskah anda di kertas ukuran A4 dengan spasi 1,5 dalam format Ms.Word. lalu kirim naskah Anda ke email kami; waderayasa@gmail.com. Sudah selesai. Mudah bukan??
Selanjutnya kami membutuhkan identitas diri Anda supaya kami bisa
menghubungi Anda. Setelah Anda mengirimkan naskah Anda, Kirimkan juga
Biodata diri Anda yang memuat; Nama lengkap beserta gelar; Tempat
tanggal lahir; Alamat lengkap; no.HP/Tlpon; Pekerjaan; Twitter dan
Facebook Anda; dan Instansi tempat Bekerja Anda.
Rabu, 16 September 2015
ARAH PERUBAHAN MILIK MAHASISWA
perjuangan pemuda harus memiliki arah perubahan yang jelas dalam menemukan konsep perubahan yang sesungguhnya. tidak ada yang terkecuali perubahan itu sendiri. pemuda sangat memegang erat peran perubahan bangsa ini bahkan dunia. kata-kata tersebut masih sangat pantas kita mampirkan atau manset dalam otak kita. frase pemuda dalam perubahan itu sudah dibuktikan dari masa kemasa. akan tetapi arah perubahan itu belum sinifikan. dengan begitu, maka suatu pergeseran antara suatu detik dengan sepersekian detik selajutnya. alkan membawa kita pada titik yang berbeda dari waktu yang berbeda pula. singkatnya kita perlu berubah sebelum kita merubah keadaan di sekitar kita rubah. hanya saja sekarang apakah kita berubah dengan bergerak kedepan mengikuti sang waktu, atau tanpa arah perubahan yang statis di tengah dinamisasi.
atau justru bergerak kebelakang yang membawah kita kepada kemunduran. demikian pada akhirnya setiap komponen dipaksa untuk melakukan perubahan hakikatnya seluruh komponen di dunia. akan terasa menuju perubahan kolektif. perubahan yang terjadi pada manusia pada dasarnya, adalah bagian mikro dari perubahan kolektif tersebut.
perjuangan pemuda harus memiliki arah perubahan yang jelas dalam menemukan konsep perubahan yang sesungguhnya. tidak ada yang terkecuali perubahan itu sendiri. pemuda sangat memegang erat peran perubahan bangsa ini bahkan dunia. kata-kata tersebut masih sangat pantas kita mampirkan atau manset dalam otak kita. frase pemuda dalam perubahan itu sudah dibuktikan dari masa kemasa. akan tetapi arah perubahan itu belum sinifikan. dengan begitu, maka suatu pergeseran antara suatu detik dengan sepersekian detik selajutnya. alkan membawa kita pada titik yang berbeda dari waktu yang berbeda pula. singkatnya kita perlu berubah sebelum kita merubah keadaan di sekitar kita rubah. hanya saja sekarang apakah kita berubah dengan bergerak kedepan mengikuti sang waktu, atau tanpa arah perubahan yang statis di tengah dinamisasi.
atau justru bergerak kebelakang yang membawah kita kepada kemunduran. demikian pada akhirnya setiap komponen dipaksa untuk melakukan perubahan hakikatnya seluruh komponen di dunia. akan terasa menuju perubahan kolektif. perubahan yang terjadi pada manusia pada dasarnya, adalah bagian mikro dari perubahan kolektif tersebut.
Selasa, 15 September 2015
Politik kusut ala demokrasi.
politik negeri saat ini telah menjadi sebuah kewajaran saja. banyak elit-elit politik memanfaatkan politik busuk negeri dengan memperkayaa diri. pada saat pemilhan kepada daerah. Pemilu (baik perundang-undangannya, maupun pelaksanaannya) merupakan cerminan isi dan kwalitas demokrasi di sesuatu negara. Pemilihan Umum yang aturan-aturannya mengandung batasan-batasan yang mengakibatkan seseorang
tidak bisa menjalankan hak pilihnya dapat dikatakan, demokrasi di negara bersangkutan masih bisa dipermasalahkan. Kalau kita menyimak mekanisme dan tujuan Pemilu di Indonesia dewasa ini, maka kita akan menemukan fakta-fakta yang bisa menjadi bahan pemikiran untuk menilai kwalitas sesungguhnya dari Pemilu itu sendiri dan sekaligus Demokrasi di Indonesia dalam era Orde Baru dewasa ini. Pertama, dengan adanya UU kepartaian yang hanya memungkinkan adanya 3 (tiga) kontestan dalam pemilu, yaitu Golkar, PPP dan PDI, ab ovo , dari permulaan kita sudah tidak bisa mengatakan bahwa pemilu itu demokratis.
Sebab segolongan masyarakat yang aspirasinya, pandangan politiknya tidak dapat tersalurkan kedalam salah satu dari tiga partai tersebut, dapat dikatakan telah tercabut hak pilihnya, atau setidak-tidaknya terhalang
kebebasan hak pilihnya. Bukankah bagi mereka berarti harus memilih alternatif: terpaksa tidak menggunakan hak pilihnya, atau terpaksa memilih salah satu dari partai-partai yang sesungguhnya tidak cocok dengan pandangan politiknya. Maka mudahlah ditebak, bahwa satu-satunya jalan untuk pelurusan demokrasi yalah penggantian UU tersebut diatas dengan UU kepartaian yang memungkinkan timbulnya partai-partai lainnya , sebagai peserta pemilu. Bahkan UU tersebut akan lebih demokratis jika memberi kesempatan kepada
perorangan untuk dapat mencalonkan/dicalonkan sebagai caleg wakil-perorangan. Kedua, pemilu di Indonesia ini mempunyai tujuan untuk memilih anggota-legislatif. Seperti kita ketahui kenggotaan DPR baru (hasil pemilu 1997) tidak seluruhnya dipilih rakyat melalui pemilu, sebab 75 kursi dihadiahkan kepada ABRI tanpa melalui pemilu. Siapapun tidak bisa mengatakan bahwa ketentuan yang demikian itu demokratis. Bisa dibayangkan, 75 kursi itu berarti pengambil-alihan kursi-kursi anggota-anggota DPR yang mewakili puluhan juta rakyat Indonesia. Biasanya penguasa Orde Baru membelanya dengan dalih adanya Konsensus Nasional. Bicara mengenai "Konsensus Nasional" , mesti di dalam benak kita timbul pertanyaan: Apakah partai-partai politik yang menanda tangani konsesus tersebut dapat dikatakan mewakili rakyat Indonesia saat itu? Bukankah saat itu joget politik Indonesia hanya ditentukan oleh gendang yang dipukul ABRI? Bukankah saat itu parpol-parpol, sebagian telah mengalami 'operasi' pada badan-wadaknya, meskipun ditutupi dengan baju lama? Saya kira kurun waktu lebih seperempat abad ini, sudah bisa membuka budi nurani penguasa Orde Baru untuk segera mencabut keberadaan "Konsensus Nasional" tersebut, demi pemulihan segala hal
negatif yang ditimbulkan karenanya. Dengan kata lain: alia tempora, situasi yang telah berobah membuat konsensus nasional sudah tidak relevant lagi dewasa ini, maka perlu dicabut. Dan sebagai akibatnya ABRI harus rela mengembalikan kembali 75 (dulu 100) kursi kepada yang berhak, yaitu wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu. Jumlah kursi ABRI di dalam DPR harus ditentukan berdasarkan peraturan yang demokratis, yaitu menurut perolehan dalam pemilu. Kiranya penguasa Orba/ABRI harus sudah saatnya menyadari tentang perlunya realisasi prinsip-prinsip demokrasi yang dituntut oleh UUD'45.
Syariat Islam sebagai ajaran politik sama sekali tidak menjadi panduan atau pertimbangan kecuali pada tataran ritual individual belaka. Dalam demokrasi, kekuasaan bergantung kepada restu dan dukungan rakyat (konstituen). Bukan sebagai sarana meraih ridho Allah SWT melalui penerapan Syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Inilah corak kehidupan politik demokrasi yang lahir dari rahim ideologi sekulerisme yakni pemisahan antara agama dari kehidupan. Sebuah pandangan dan sistem hidup yang terbukti rusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Di sebut rusak karena terbukti menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan atas diri rakyat. Atas nama demokrasi, tarif BBM dan TDL dinaikkan. Sementara asing dibiarkan merampok kekayaan SDA yang merupakan milik umat melalui liberalisasi ekonomi.
Demokrasi tidak sesuai fitrah karena bertentangan dengan kodrat manusia yang senantiasa membutuhkan dan mensucikan pencipta dalam setiap gerak dan aktivitas. Namun, hari ini kita menyaksikan : atas nama demokrasi, beragam kemaksiatan tumbuh subur atas nama kebebasan berekspresi. Sementara pembelaan terhadap Islam dan amar maruf nahimunkar dianggap perbuatan makar dan kriminal.
Sudah saatnya umat Islam menolak demokrasi dan kembali pada ideologi Islam. Yakni dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dan panduan guna mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat melalui perjuangan tegaknya Syariah dalam bingkai daulah Khilafah ala mihajinnubuwwah. Tegaknya Syariah akan mencegah lahirnya politisi busuk dan menumpas praktik korupsi yang mengerogoti negeri ini hingga tuntas, Wallahualam. []
Syariat Islam sebagai ajaran politik sama sekali tidak menjadi panduan atau pertimbangan kecuali pada tataran ritual individual belaka. Dalam demokrasi, kekuasaan bergantung kepada restu dan dukungan rakyat (konstituen). Bukan sebagai sarana meraih ridho Allah SWT melalui penerapan Syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Inilah corak kehidupan politik demokrasi yang lahir dari rahim ideologi sekulerisme yakni pemisahan antara agama dari kehidupan. Sebuah pandangan dan sistem hidup yang terbukti rusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Di sebut rusak karena terbukti menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan atas diri rakyat. Atas nama demokrasi, tarif BBM dan TDL dinaikkan. Sementara asing dibiarkan merampok kekayaan SDA yang merupakan milik umat melalui liberalisasi ekonomi.
Demokrasi tidak sesuai fitrah karena bertentangan dengan kodrat manusia yang senantiasa membutuhkan dan mensucikan pencipta dalam setiap gerak dan aktivitas. Namun, hari ini kita menyaksikan : atas nama demokrasi, beragam kemaksiatan tumbuh subur atas nama kebebasan berekspresi. Sementara pembelaan terhadap Islam dan amar maruf nahimunkar dianggap perbuatan makar dan kriminal.
Sudah saatnya umat Islam menolak demokrasi dan kembali pada ideologi Islam. Yakni dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dan panduan guna mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat melalui perjuangan tegaknya Syariah dalam bingkai daulah Khilafah ala mihajinnubuwwah. Tegaknya Syariah akan mencegah lahirnya politisi busuk dan menumpas praktik korupsi yang mengerogoti negeri ini hingga tuntas, Wallahualam. []
politik negeri saat ini telah menjadi sebuah kewajaran saja. banyak elit-elit politik memanfaatkan politik busuk negeri dengan memperkayaa diri. pada saat pemilhan kepada daerah. Pemilu (baik perundang-undangannya, maupun pelaksanaannya) merupakan cerminan isi dan kwalitas demokrasi di sesuatu negara. Pemilihan Umum yang aturan-aturannya mengandung batasan-batasan yang mengakibatkan seseorang
tidak bisa menjalankan hak pilihnya dapat dikatakan, demokrasi di negara bersangkutan masih bisa dipermasalahkan. Kalau kita menyimak mekanisme dan tujuan Pemilu di Indonesia dewasa ini, maka kita akan menemukan fakta-fakta yang bisa menjadi bahan pemikiran untuk menilai kwalitas sesungguhnya dari Pemilu itu sendiri dan sekaligus Demokrasi di Indonesia dalam era Orde Baru dewasa ini. Pertama, dengan adanya UU kepartaian yang hanya memungkinkan adanya 3 (tiga) kontestan dalam pemilu, yaitu Golkar, PPP dan PDI, ab ovo , dari permulaan kita sudah tidak bisa mengatakan bahwa pemilu itu demokratis.
Sebab segolongan masyarakat yang aspirasinya, pandangan politiknya tidak dapat tersalurkan kedalam salah satu dari tiga partai tersebut, dapat dikatakan telah tercabut hak pilihnya, atau setidak-tidaknya terhalang
kebebasan hak pilihnya. Bukankah bagi mereka berarti harus memilih alternatif: terpaksa tidak menggunakan hak pilihnya, atau terpaksa memilih salah satu dari partai-partai yang sesungguhnya tidak cocok dengan pandangan politiknya. Maka mudahlah ditebak, bahwa satu-satunya jalan untuk pelurusan demokrasi yalah penggantian UU tersebut diatas dengan UU kepartaian yang memungkinkan timbulnya partai-partai lainnya , sebagai peserta pemilu. Bahkan UU tersebut akan lebih demokratis jika memberi kesempatan kepada
perorangan untuk dapat mencalonkan/dicalonkan sebagai caleg wakil-perorangan. Kedua, pemilu di Indonesia ini mempunyai tujuan untuk memilih anggota-legislatif. Seperti kita ketahui kenggotaan DPR baru (hasil pemilu 1997) tidak seluruhnya dipilih rakyat melalui pemilu, sebab 75 kursi dihadiahkan kepada ABRI tanpa melalui pemilu. Siapapun tidak bisa mengatakan bahwa ketentuan yang demikian itu demokratis. Bisa dibayangkan, 75 kursi itu berarti pengambil-alihan kursi-kursi anggota-anggota DPR yang mewakili puluhan juta rakyat Indonesia. Biasanya penguasa Orde Baru membelanya dengan dalih adanya Konsensus Nasional. Bicara mengenai "Konsensus Nasional" , mesti di dalam benak kita timbul pertanyaan: Apakah partai-partai politik yang menanda tangani konsesus tersebut dapat dikatakan mewakili rakyat Indonesia saat itu? Bukankah saat itu joget politik Indonesia hanya ditentukan oleh gendang yang dipukul ABRI? Bukankah saat itu parpol-parpol, sebagian telah mengalami 'operasi' pada badan-wadaknya, meskipun ditutupi dengan baju lama? Saya kira kurun waktu lebih seperempat abad ini, sudah bisa membuka budi nurani penguasa Orde Baru untuk segera mencabut keberadaan "Konsensus Nasional" tersebut, demi pemulihan segala hal
negatif yang ditimbulkan karenanya. Dengan kata lain: alia tempora, situasi yang telah berobah membuat konsensus nasional sudah tidak relevant lagi dewasa ini, maka perlu dicabut. Dan sebagai akibatnya ABRI harus rela mengembalikan kembali 75 (dulu 100) kursi kepada yang berhak, yaitu wakil-wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu. Jumlah kursi ABRI di dalam DPR harus ditentukan berdasarkan peraturan yang demokratis, yaitu menurut perolehan dalam pemilu. Kiranya penguasa Orba/ABRI harus sudah saatnya menyadari tentang perlunya realisasi prinsip-prinsip demokrasi yang dituntut oleh UUD'45.
Syariat Islam sebagai ajaran politik sama sekali tidak menjadi panduan atau pertimbangan kecuali pada tataran ritual individual belaka. Dalam demokrasi, kekuasaan bergantung kepada restu dan dukungan rakyat (konstituen). Bukan sebagai sarana meraih ridho Allah SWT melalui penerapan Syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Inilah corak kehidupan politik demokrasi yang lahir dari rahim ideologi sekulerisme yakni pemisahan antara agama dari kehidupan. Sebuah pandangan dan sistem hidup yang terbukti rusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Di sebut rusak karena terbukti menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan atas diri rakyat. Atas nama demokrasi, tarif BBM dan TDL dinaikkan. Sementara asing dibiarkan merampok kekayaan SDA yang merupakan milik umat melalui liberalisasi ekonomi.
Demokrasi tidak sesuai fitrah karena bertentangan dengan kodrat manusia yang senantiasa membutuhkan dan mensucikan pencipta dalam setiap gerak dan aktivitas. Namun, hari ini kita menyaksikan : atas nama demokrasi, beragam kemaksiatan tumbuh subur atas nama kebebasan berekspresi. Sementara pembelaan terhadap Islam dan amar maruf nahimunkar dianggap perbuatan makar dan kriminal.
Sudah saatnya umat Islam menolak demokrasi dan kembali pada ideologi Islam. Yakni dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dan panduan guna mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat melalui perjuangan tegaknya Syariah dalam bingkai daulah Khilafah ala mihajinnubuwwah. Tegaknya Syariah akan mencegah lahirnya politisi busuk dan menumpas praktik korupsi yang mengerogoti negeri ini hingga tuntas, Wallahualam. []
Syariat Islam sebagai ajaran politik sama sekali tidak menjadi panduan atau pertimbangan kecuali pada tataran ritual individual belaka. Dalam demokrasi, kekuasaan bergantung kepada restu dan dukungan rakyat (konstituen). Bukan sebagai sarana meraih ridho Allah SWT melalui penerapan Syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Inilah corak kehidupan politik demokrasi yang lahir dari rahim ideologi sekulerisme yakni pemisahan antara agama dari kehidupan. Sebuah pandangan dan sistem hidup yang terbukti rusak dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Di sebut rusak karena terbukti menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan atas diri rakyat. Atas nama demokrasi, tarif BBM dan TDL dinaikkan. Sementara asing dibiarkan merampok kekayaan SDA yang merupakan milik umat melalui liberalisasi ekonomi.
Demokrasi tidak sesuai fitrah karena bertentangan dengan kodrat manusia yang senantiasa membutuhkan dan mensucikan pencipta dalam setiap gerak dan aktivitas. Namun, hari ini kita menyaksikan : atas nama demokrasi, beragam kemaksiatan tumbuh subur atas nama kebebasan berekspresi. Sementara pembelaan terhadap Islam dan amar maruf nahimunkar dianggap perbuatan makar dan kriminal.
Sudah saatnya umat Islam menolak demokrasi dan kembali pada ideologi Islam. Yakni dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup dan panduan guna mewujudkan kebahagiaan dunia akhirat melalui perjuangan tegaknya Syariah dalam bingkai daulah Khilafah ala mihajinnubuwwah. Tegaknya Syariah akan mencegah lahirnya politisi busuk dan menumpas praktik korupsi yang mengerogoti negeri ini hingga tuntas, Wallahualam. []
BIOGRAFI PENULIS
Haslin,
lahir 23 November 1993 di kota ereke, Sulawesi Tenggara. Sekolah dasar 12
kulinsusu dan SMP 1 Tomia, Kabupaten Wakatobi Sultra. sedangkan sekolah
menengah atas di SMA 1 agats, Kabupaten Asmat Provinsi Papua. Di sanalah ia menghabiskan
jenjang sekolah sambil berdagang mencari sekeping uang demi sekolah. Ia adalah
anak pertama dari lima bersaudara Pasangan Harlin dan Nurmiati. Ia juga
memiliki banyak kakak sepupu. Ia meninggalkan kampung halaman dan pergi
menuntut ilmu dari daerah papua sampai kembali ke sulawesi tenggara di kota
kendari. Ia meneruskan pendidikan tinggi di Universitas Halu Oleo, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi. Selama menjadi mahasiswa ia
aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Forum Studi Islam sebagai
ketua umum. HMJ Sosiologi sebagai anggota, LDK-BKLDM sebagai anggota dan Gema
Pembebasan Komsat Universitas Halu Oleo sebagai ketua umum.
Selama tinggal di kendari, ia banyak
aktif dalam Aktivitas Dakwah Kampus dan mengisi keberkahan ilmu dalam agama
islam. Ia juga sering mengtreining mahasiswa-mahasiswa baru dalam berbagai
kegiatan dakwah. Ia memiliki beberapa guru di antaranya ustd. Syahrabuddin
Husein Enala S.sos yang telah banyak mengajari tentang nilai-nilai islam dari
spritual sampai ideologi. Ada juga ustd. Hasrin S.sos dan Nurdin S.sos.
merekalah yang banyak memberikan dorongan atau motivasi. Ia juga memiliki
banyak teman baik dalam organisasi maupun di luar organisasi. Motto hidupnya
ialah, Pekerjaan Utama untuk Dakwah.
Senin, 14 September 2015
JUDUL : KISAH AKTIVIS KAMPUS PENULIS : KESATRIA TINTAHITAM
di pagi yang cerah itu, terlihat seorang anak muda memasuki kampus besar yang terletak di kota kendari. langkah kaki terus di perdengarkan sampai akhirnya ia terhenti dan termenu ketika melihat kampys yang sangat luas dan besar itu. melilhat banyak orang yang ikut dengannya dalam kampus....
di pagi yang cerah itu, terlihat seorang anak muda memasuki kampus besar yang terletak di kota kendari. langkah kaki terus di perdengarkan sampai akhirnya ia terhenti dan termenu ketika melihat kampys yang sangat luas dan besar itu. melilhat banyak orang yang ikut dengannya dalam kampus....
tak bertahan lama
si pemuda tadi melajutkan langka kakinya untuk sampai di salah satu
fakultas fisip. tak bertahan lama ia kemudian sampai juga di salah
gedung fisip.
lalu ia mengeluarkan media kontaknya, di saat itu al-islam ynag dia pegang. ia kemudian bangkit melajutkan penusurannya, dari lorong ke lorong, kanting dan kelas-kelas yang ada ia masuki untuk membagikan alislam tersebut.
ia kemudian berhenti di panggiran motor, untuk melepas lelah, 2 orang mahasiswa lagi berdiskusi di samping. maka ia kemudian ikut bergabung, diskui itu membahas tentang tria politik.
mendengar itu pemuda tersebut dengan lantang menjelaskan bahwa. dalam tria politik ala demokrasi itu, dalam yudikatif... bahwa kekuasaan itu di tangan rakyat dan kedaulatan berada di tangan rakyat,, memang klau kita melihat pengertian demokrasi itu semua dari rakyat.
dan ini sebenarnya keliru artinya sistem demokrasi tersebut sdh salah,,,, jadi belum lagi kita membahas politiknya, ekonomi dan hukum itu makin salah
coba kita lihat dalam islam bahwa kedaulatan itu di tangan allah dan kekuasaan di tangan rakyat. jadi permasalahan undang2, ekonomi, politik, dan hukum sudah di jelaskan dalam al-quraan. bukan manusia. oleh karena itu wajarlah kalau demokrasi banyak. membuat orang kecewa. karna dalam pengertian saja uda salah...
#yutkajian
wassallam........
lalu ia mengeluarkan media kontaknya, di saat itu al-islam ynag dia pegang. ia kemudian bangkit melajutkan penusurannya, dari lorong ke lorong, kanting dan kelas-kelas yang ada ia masuki untuk membagikan alislam tersebut.
ia kemudian berhenti di panggiran motor, untuk melepas lelah, 2 orang mahasiswa lagi berdiskusi di samping. maka ia kemudian ikut bergabung, diskui itu membahas tentang tria politik.
mendengar itu pemuda tersebut dengan lantang menjelaskan bahwa. dalam tria politik ala demokrasi itu, dalam yudikatif... bahwa kekuasaan itu di tangan rakyat dan kedaulatan berada di tangan rakyat,, memang klau kita melihat pengertian demokrasi itu semua dari rakyat.
dan ini sebenarnya keliru artinya sistem demokrasi tersebut sdh salah,,,, jadi belum lagi kita membahas politiknya, ekonomi dan hukum itu makin salah
coba kita lihat dalam islam bahwa kedaulatan itu di tangan allah dan kekuasaan di tangan rakyat. jadi permasalahan undang2, ekonomi, politik, dan hukum sudah di jelaskan dalam al-quraan. bukan manusia. oleh karena itu wajarlah kalau demokrasi banyak. membuat orang kecewa. karna dalam pengertian saja uda salah...
#yutkajian
wassallam........
DAKWAH
SEBAGAI POROS HIDUP
‘’Sesungguhnya kami telah menujutkan jalan
yang lurus; yang bersyukur dan ada pula
yang kafir.’’ (QS. AL-Insaan [76] : 3)
Dalam
pertualangan hidup ini, aku berfikir bahwa pada akhirnya, jalan akan berbagi
dua. Jalan percaya dan jalan yang ingkar. Jalan yang benar dan jalan yang
salah. Keduanya berbeda tegas. Seperti putih dan hitam, seperti putih dan hitam
dan keduanya juga berlawan seperti cahaya dan kegelapan.maka keduanya akan
bermuara, pada ujung yang berbeda tegas dan berlawanan disitulah kita akan
memilih. Dakwah, sebagai dalam hidup juga sebagai pilihan dan aku telah
memilihnya. Jalan dakwah bukanlah sesuatu yang buil in bersamaan lahirnya seorang
manusia. Seperti iman, jalan dakwah adalah hasil dari sebuah kontemplasi.
Kusadari,
membuat umat untuk memilih jalan dakwah, memiliki tangtangan tersendiri bagi
bumi Indonesia terkhusus wilayah timur. Tantangan yang kenyataanya memiliki
pergorbanan yang lebih lingkungan sosial-kulturan di indonesia cukup ideal
untuk menjadikan para penjuang dakwah terasing di bumi penciptanya sendiri.
Dakwah adalah sesuatu yang istimewa, pengembaknya akan merasakan sesuatu yang
dahsyat dari pada sekedar mendapatkan harta dan gunung emas. Aku mengambil
jalan ini jalan yang dirintis untuk
mengembalikan kemuliaan umat islam. Dakwah adalah segala-galanya dalam hidup.
Tidak ada aktivitas yang lebih baik selain berada di barisan dakwah ini.
Barisan yang akan menkokohkan hati ini.barisan orang-orang yang dekat dengan
allah dan rasulnya. Barisan yang bernilai harganya ketika kita berada dalam
barisan orang-orang yang mati syahit. Dakwah juga membuat semua umat islam
menjadi penolong agama allah swt. Maka ketika melihat kisah rasullulah dan para
sahabatnya ketika mereka berada dalam dakwah ini. Luar biasa yang mereka alami
sehingga darah mengalir di sekucup tubuh. Cacian dan pukulan bahkan lemparan
dari orang-orang kafir tak mengahalangi mereka untuk mengajak kepada kebaikan.Tapi
dengan dakwah mereka tak pernah lelah sehingga bisa menikmati surga allah swt.
Mengutik
dari perkataan syeakh taqiyuddin an-nabhani berkata bahwa dakwah islam
mengharuskan kita untuk senantiasa memiliki tujuan tertentu. Selalu terus
menerus memperhatikan tujuan tersebur. Bersungguh-sungguh dan tidak pernah
beristrahat demi tercapainya target
dakwah. Karena itu, kita dapati mereka tidak akan puas hanya sekedar berpikir tanpa
berbuat. Sebab ini hanyala khayalan yang membius. Mereka tidak akan rela
berpikir tanpa ada tujuan. Yang demikian itu mereka selalu bersikap tegas dalam
menggabulkan pemikiran dengan amal perbuatan, serta mengarahkan kedua-duanya
untuk merealisir tujuan yang mereka yang usahakan secara nyata hingga tercapai.
Dakwah
mengajak kita untuk memeluk islam di tunjukan untuk selalu memperbaiki
aqidah/kepercayaan menguatkan hubungan dengan allah swt, dan menjelaskan kepada
seluruh umat islam dengan melihat problematika kehidupan. Dengan cara ini
dakwah akan dinamis dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian
dakwah islam harus menyajikan peraturan-peraturan yang bisa memecahkan
problematikan kehidupan manusia. Sebab, rahasia keberhasilan dakwah adalah
keberadaannya yang dinamis dan mampu menyelesaikan problematika kehidupan
manusia secarah utuh, sehingga terjadi perombakan yang menyeluruh terhadap diri
manusia.
Para
pengembah dakwah tentu tidak akan sungguh memikul beban tanggu jawab dakwah dan
kewajiban-kewajibannya kecuali jika mereka menanamkan pada dirinya cita-cita
untuk mengarah pada jalan kesempurnaan. Selalu mengkaji dan mencari kebenaran.
Serta senantiasa meneliti kembali secara berulang-ulang setiap sesuatu yang sudah
mereka ketahui agar dapat di bersikan dari segalah pemikiran asing yang mampu
mempengaruhinya. Disamping itu selalu menjauhkan pemikiranya dari segalah
sesuatu yang apabila didekati akan menyebabkan pemikirannya terjerumus. Semua
itu bertujuan agar ide-ide yang mereka kembangkan tetap murni dan terpelihara.
Kemurnian ide adalah satu-satunya jaminan untuk keberhasilan yang
terus-menerus.
Disamping
itu para pengembah dakwah harus menunaikan kewajibannya sebagai sesuatu yang di
bebankan Allah di pundah mereka. Mereka melakukannya dengan gembira dan
mengharapkan keridlaan allah. Mereka tidak berharap dengan amal perjuangannya
itu imbalan tidak menungu ucapan terima kasih dan tidak mencari sesuatu apapun,
kecuali keridlaan allah semata.
Ø KUBUKA
LEMBARAN BARU
Mengawali
lembaran ini dengan sebuah kisah yang pada akhirnya akan menujutkan jalan yang
benar. Pada saat itu saya tengah duduk di salah satu asrama mahasiswa yaitu
asrama bidik misi. Aku termenu melamun di teras lobi asrama sambil melihat
pemandangan yang begitu indah yang telah di karuniakan oleh allah swt kepada
umat manusia ini. Disini lah aku sadar bahwa semua yang tengah aku lakukan
selama ini hanyala sia-sia. Begitu banyak dosa yang aku perbuat. Sambil aku
termenu tiba-tiba datanglah salah satu temanku sambil membawah salah satu buku.
Kutanyakanlah kepada teman saya buku apa yang kamu pegang, teman saya tadi pun
menjawab ini buku “peraturan hidup dalam
islam’’ buku ini yang kami kaji setiap satu pekan. Ternyata teman saya itu mau
Halaqo di mesjid dengan bimbingan seorang guru.guru ini yang mengajarkan kader-kader
islam 000. Dari sinilah aku mengenal partai politik islam internasioanal yang
terbesar di dunia.
Setelah
tiga minggu selepas pertumaan yang di lobi. saat ini Aku pun di pertemukan
dengan seorang guru yang merupakan aktivis pergerakam mahasiswa. Dari sini kami
memulai Halaqo pertama kami di salah satu mesjid kecil di dalam kampus di dekat
asrama mahasiswa bidik misi. Beliau menjelaskan islam sebegitu luar biasanya,
mulai dari spiritual, ideologi, hingga kenegaraan. pembahasan pun kiat lama
kiat menarik. saya di buat terpana dengan kesempurnaan dan rasionalitas islam
yang selama ini tidak di ketahui. Bahkan banyak muslim yang tidak mengatahuinya,
sehingga mereka tak pede dengan ke islamannya. Ternyata islam bukan hanya
tentang ibadah ritual (mahdloh). Inilah lembaran baru saya untuk selalu
berdakwah.
Saya
benar-benar terpesona dibuatnya sehinga mata dan telingah ini tak pernah lelah
untuk mendengar dan melihat. Islam benar-benar terbukti sempurna, satu-satunya
Din yang diridhoi Allah SWT. Rahmatan lil ‘alamin, bukanka umat ini akan
menjadi umat yang terbaik, jika menerapkan dan berpegang teguh pada islam. Halaqo semakin
memuncak hingga sadar telaah masuk batas waktu, karena menurut peraturannya
hanya boleh melakukan maksimal 2 jam. Di akhir pertumuan dia pun menyampaikan
bahwa pertemuan ini akan di lanjutkan pada minggu depan di jam dan di tempat
yang sama. Kemudian minggu depan itu tiba kami pun memulai pertemuan kedua di
jam yang sama dan di tempat yang sama pun. Setelah beberapa bulan kami terus
melakukannya Halaqo maka tibahlah saya masuk pada kajian buku ‘’peraturan hidup
dalam islam’’.
Inilah
awal pertemuan dengan para penjuang syariat dan khilafah. Kami di pertemukan
dalam satu jamaah yang kecil. Saya ketemulah teman-teman halaqo dari berbagai
daerah yang berbeda tempat. Dalam satu jamaah karna teman halaqo saya ada dari
daerah Endreka dan lain-lainya duduk mengkaji islam itu. Islam memang tak
mengenal ras, warna kulit dan golongan di padukan menjadi satu. Dan kesatuan
ini membawah rahmat karna dengan kesatuan maka islam itu akan menjadi kuat. Berdiri
kokoh tak ada yang membandinginya. Islam bagaikan tanah dengan batu yang tak
bisa di pisahkan. Mereka saling hidup harmonis tak ada sedikitpun menjadi
penghalang mereka. Didalam halaqo ini banyak yang kami dapatkan dari ilmu-imu
guru kami. Banyak kemudian tantangan dan rintangan dalam perjuangan dakwah kami
di kampus. Namun tak hanya itu saya dan teman-teman seperjuangan saya kerap
mendapatkan terror. Teror dari beberapa person yang merupakan bagain komunitas
yang merupakan komunitas yang menyebut dirinya intel. Tapi tak sedikit pun kami
merasa gentar. Karena sadar ujian berupa halangan, rintangan, ancaman, godaan,
dan ganguan sudah menjadi bungah perjuangan yang di pilih.
Toh,
bagi para ulama mukhlis terdahulu juga tidak pernah takut sedikitpun. Bahkan
penjara adalah wisata dan mati dalam perjuangan adalah jalan syahid menuju
surga. Hidup mulia atau mati syahid bergerak berkali-kali karna mati hanya
sekali. Kukabarkan kepada orang tua saya bahwa saya mengikuti kajian atau
Halaqo dan agenda-agenda dakwah di organisasi terbesar di dunia ini orang tua
saya pun mengijikan subhanulah jawaban yang tak saya duga-duga muncul dari
kedua orang tua.
‘’ Hai orang-orang yang
beriman, peliharaan dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai allah terhadap apa yang di perintakanya kepada mereka dan
selalu mengajarkan apa yang di perintakanya,’’ ( QS. At-Tahrin [66] : 6)
Banyak
kemudian agenda-agenda dakwah yang saya ikuti bersama teman-teman saya di LDK dan
GEMA PEMBEBASAN. Sungguh agande terus kami lakukan bersama teman-teman
seperjuangan. Inilah orgensinya para pengembang dakwah selalu di nomor satukan
dakwah dari pada yang lain. Poros hidup para pengembah dakwah bukan harta,
jabatan dan tahta tetapi adalah dakwah. Sehingga agenda kami terus terlaksana
dengan baik dan selalu sukses. Perjuangan ini adalah investasi untuk kehidupan
nanti.
Pengorbanan
selalu ada. baik itu waktu, tenaga, pikiran dan harta selalu menghiasi dakwah
ini. Diantara yang dituntu oleh pengembah dakwah adalah pengorbanan di jalan
allah. Berkorban untuk kemenangan islam. Apalagi aktivis dakwah kampus di tuntu
untuk lebih banyak mengeluarkan hartanya di jalan allah. Allah akan membalas
semua itu dengan ganjaran surga. Rasulullah dan para sahabatnya tentu menjadi
sebuah contoh bagi kita yang hari ini terjun dalam dunia dakwah. Contoh terbaik
dalam pengorbanan yang tak tertandingi. Mereka adalah generasi yang sangat
memahami pengorbanan dalam dakwah ini adalah jalan allah dalam perwujudan dari
cintanya yang sejati kepada allah dan rasulnya.
Kita
mungkin pernah mendengar bagaimana ‘’singa allah’’ Khalid bin walid, panglima
perang gagah-berani, dengan penuh kebangaan berkata, ‘’aku lebih menyukai malam
yang sangan dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang
musuh pada pagi hari, daripada menikmati indahnya malam pengantin bersama
wanita yang aku cintai atau aku dikabari dengan anak laki-laki.’’ (HR.
al-mubarak dan abu nu’aim).
Kita
pun mungki ingat sultan salahuddin al-ayyubi, generasi yang lebih belakangan,
begitu cintanya berkorban di jalan allah, ia lebih menikmati kehidupannya di
kemah di tengah-tengah pada pasir ketimbang hidup enak di istana. Para
sejarawan menulis setiap pembicaraan sultan selalu berkisar di seputar jihat
dan mujahidin. Ia selalu mengamati senjatanya dan lebih senang hidup di kemah
di tenggah-tenggah pada pasir.
Demikian
sekilas contoh dari generasi terbaik umat islam yang begitu cintanya terhadap
pengorbanan di jalan dakwah ini. Ingat
semuah contoh diatas adalah orang-orang yang rela mengorbankan sesuatu
baik harta, waktu, istri dan anak-anaknya bahkan yang paling berharga pada
dirinya yakni jiwa mereka demi dakwah di jalan allah.
Lantas
bagaiman dengan kita? Apakah kita sudah mengorbankan harta kita? Sering kita
lalai dalam halaqo, terkadang infak jarang kita berikan kepada musrif kita.
Apakah ini namanya pengorbanan. Yang namanya pengorbanan itu apapun agenda dakwah
dalam kumpus kita selalu sempatkan hadir. Dan ikut serta dalam menjual tiket,
menempel opini dan sebagainya.Ingatlah? Dakwah islam senantiasa menunggu
pengorbanan setiap aktivis dakwah. Ingahlah pula tegaknya islam pada masa lalu
di mana wujud daulah islam di madina telah menguras begitu banyak keringat,
airmata, bahkan darah kaum muslim. Menyita bagitu banyak harta mereka. Dan
mengorbankan begitu banyak jiwa mereka. Jangahlah kita berpikir bahwah
aktivitas dakwah adalah aktivitas sampingan dan temporer yang bisa kita lakukan
setelah kita memunuhi agenda-agenda kita dan seluruh kebutuhan kita hanya pada
saat-saat tertentu saja, misalkan ketika selesai kegiatan yang kita lakukan
dalam dakwah kampus maka habislah juga aktivitas kita. Kita bergerak katika ada
kegiatan-kegiatan besar. Coba kita menalaah kisah-kisah diatas.
Ø PERJUANGAN
HAKIKI
Nada
sumbang dalam setiap getar detik jantung ini berbunyi mengeluarkan suara dan
cerita. Ada sejuta rasa timbul dalam sebuah perjuangan di dunia kampus bersama
tim halaqo yang di penuhi aktivitas dakwah. Selama roda waktu berputar, entah
berapa banyak langka tak terhitung, sindiran dan gunjingan nada sumbang,
kekurangan nada begitu pilu setiap kisah perjuangan yang di torehkan dalam
sebuah album. Kesadaraan akan islam sebagai jalan hidup dalam pencarian
kebenaran seorang musrif mengubah jati diri sebuah tim halaqo bisa menjadi
penjuang islam. Lika-liku dasar perjuangan dan pembelajaran. Detik demi detik
minggu demi minggu sang musrif menyampaikan kepada tim halaqonya. Hingga sampai
di mana waktu tak lagi menahan kuasa untuk menahan lahirnya penjuang-penjuang
di dalam dakwah untuk melajutkan kehidupan islam. Kami mengerti perjuangan ini
tidaklah mudah penuh duri dan luka membuka setiap perjuangan baru dan
pengetahuan. Atas kebenaran yang segera di sampaikan kepada khalayak mahasiswa.
Dikala
setiap manusia mendamba dunia, ia merubah haluan kekanakan menjadi dewasa. Di
saat godaan dunia memuncak ketika tiba dewasa, aku putuskan membuat jalan baru
hidupku hanya untuk dakwah. Hari ini kami berjuang bersama dalam satu ikatan
persaudaraan demi melajutkan kehidupan islam dalam naungan khilafah. Begituhlah
hasil akhirnya seperti skor sepak bola, lebih seru menjalani pertandingan hanya
mendengarkan hasil akhir dari teman sebelah. Lebih seru menjalani dakwah
berjamaan dari pada hanya mendengarkan kisah serunya dan tidak dakwah sama
sekali. Waktu terus berlalu di masa peralihan menuju kedewasaan, banyak rasa
dan asa teruji dari mulai biaya dan perhatian keluarga.di sekolah menengah atas
saja aku hanya berbekal kemauhan tinggi untuk belajar dan selalu ingat melajutkan
ke bangku kuliah. Setiap hari selalu berjuang mengumpungkan tetes darah untuk
dipersembahkan dalam ritual pendidikan. Jarang rasanya merasakan aroma wanggi
rumah dan hangatnya selimut tebal. Semua
terlewati hanya dan jika hanya waktu terus aku gali dan bajak dengan mata
cangkul pemikiran islam.
‘’
jangan pernah menggeluh, bumi ini tak
akan menerima tetasan air mata’’
Meneruskan
sebuah prinsip untuk mandiri, setiap hela nafas menara gading. Dakwah tak
mengenal tempat dan waktu, selamat itu bukan tanpa halang ringtanga menghadap,
ratusan bahkan ribuan bukan perkara
menghitung jari atau membalikan telapa tangah yang dengan mudah kita lakukan dalam
hitungan detik. Di tambah sebuah tantangan akan syariah dan khilafah yang
disandingkan dengan banyak isu negative. Bukan iman jika tak di uji, bukan
muslim kalau tak mau terus berlari kalau hanya berangan-angan dan diam.
Naik-turun ketakwaan mewarnai dakwah, kepecayaan dipertemukan sebagai bentuk
terindah mahakarya manusia. Sartono adalah kawan saya atau tim halaqo, nama
kawan seperjuang ini ketika kami di petemukan dalam tim halaqo bersama-sama
kemudian kami berdua mengadu maju dalam perjuangan ini. Tak pernah menyerah
karna dalam mengembahkan opini islam di dalam kampus besar ini.
Kami
belajar bersama dan bercerita tentang islam dari akar sampai kedaun. Ketika
seseorang yang kita cintai karena allah swt mulai menampakan muka ceria, selajutnya
ia akan menerima setiap kebenaran dari perkataanmu. Namun setiap lika-liku
menjadi sebuah inspirasi yang meniadakan sakit pening akan ketidakpastian
jawaban dari percobaan berikutnya. Bila bisa mencoba seribu kali, maka akan
kulakukan itu dengan sungguh-sungguh cinta karena allah swt telah meresep ke
dalam setiap artikel dan mengalir menggelilingi tubuh ini berkali-kali.
Rasalullah saw besabda
‘’ barang siapa mengajak kepada petunjuk allah, maka ia akan mendapatkanya
pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa di kurangi
sedipun oleh pahala mereka.’’ (hr. muslim)
Sabda
diatas sudah cukup menjadi alasan untuk bertahan di jalan dakwah ini. Tidak ada
yang dapat menjamin bahwa amalan yang kita lakukan sehari-hari akan membuat
gemuk rekening pahala kita. Pahala yang di dapat dari dakwah ini insyaallah
akan turut menjadi cadangan amal kita saat di timbang di yaumul mizan nanti.
Insyaallah
menebar kebaikan ini termaksud kedalam salah satu dari amalan yang tidak akan
pernah terputus walau ruh telah terpisah dari raga. Semakin kuat petik dawai,
makin merdu nada berlarian saling kejar-kejaran membentuk sebuah keturunan
bentuk dalam alunan sonar dan bunyi nyayian sunyi. Dakwah, begitulah adanya
ketika kita melakukan sebuah aktivitas hari ini. Tidak adalah harapan tutur
kata berada dalam barisan kolom-kolom rubric surat kabar nasional. namun akan
banyak binar- binar mata menghantang sebuah perubahan diri dan mengorbangkan
kembali sebuah kata tertual makna. Jaganlah pahitnya obat menghalangi upaya
bersehat. Ada asap yang mungandara pasti ada sekam terbakar api, selalu ada
sebab dan akibat dalam kehidupan, namun campur tangan allah swt memiliki andil
lebih besar sekedar peluang usaha manusia biasa.
Pertama
memikirkan kata ‘ideal’, beberapa kata terlintas begitu saja di benak:
pengkaderan yang sehat, syi’arnya kuat, manajemennya tepat, fikroh dan
orientasinya selamat, rekrutmennya semangat, progresnya cepat, dan jaringannya
kuat. Namun naif rasanya menyebut ini sebagai ideal. Pasalnya kadar idealisme
itu relatif, tergantung pada bahasanya. Beda persepsi, beda pula kadar
idealismenya. Terlebih tulisan ini menyoal dakwah kampus pada tataran konsep,
yang secara prinsipil merupakan kerangka tubuh atas pergerakan dakwah di
kampus. Jelas perkara yang tak boleh main-main, bukan? Pun begitu, adalah wajib
bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk memahami konsep dakwah kampus,
sehingga ada korelasi antara pemahaman dan pergerakan.
Dakwah
kampus memang terasa sulit untuk kita bayangkan. Tetapi ketika kita berkecimput
di dalam dakwah kampus maka kita akan tau apa yang sedang terjadi. Seseorang
aktivis dakwah kampus akan banyak mengalami suasana terharum bila mana ia
menjalani dakwah dengan sungguh-sungguh. Karna di sana banyak umat yang harus
kita perhatikan.
Keterlibatan
setiap individu muslim dalam sebuah jamaah dakwah jelas merupakan kewajiban
dari allah swt. Namun demikian, kewajiban dakwah secarah berjamaah ini bukan
berarti mengugurkan kewajiban dakwah fardiyah (individual/personal). Dakwah
fardiyah tidak lain merupakan pilar penopang dakwah secarah berjamaah.
Sayangnya,
ada semacam ‘sindrom’ yang, disadari atau tidak, sering diindahkan oleh
sebagaian aktivis dakwah kampus dalam berjamaah. Bergabung dalam aktivis dakwah
kampus, bahkan menjadi anggota tetap dalam organisasi. Tidak sedikit aktivis
dakwah kampus merasa hanya karena mereka tercatat sebagai anggota jamaah
dakwah. Padahal mungki mereka lakukan bertahun-tahun membayar infak, atau
membaca bulletin dakwah. Secara fardiyah, tidak ada yang di lakukan selain itu.
Tidak melakukan kontak-kontak dakwah secarah individual. Tidak melakukan
pembinaan, tidak mengisi acara-acara pengajian. Tidak juga memperluaskan
ide-ide yang diadopsi jamaahnya. Meski sekedar dengan menyebarluaskan bulletin
dakwah sekaligus menjelaskan isinya kepada masyarakat.
MEMASUKI
DUNIA KAMPUS
Ø MENJEMPUT
CITA-CITA
Pada
tahun 2012 saya pun lulus ujian nasional SMA di kota papua di sinilah saya
menjemput mimpi-mimpi itu untuk masuk di penguruan tinggi negeri, saya
memutuskan untuk kembali ke sulawesi tenggara di kota kendari. Hiru pikul
kehidupan ibukota tak menyurutkan semangat saya untuk menjemput cita-cita. Dunia
baru pun aku sambut dengan suka cita yang membanggakan buat saya karna tak
semua orang bisa menikmati perguruan tinggi. Banyaknya orang yang tak mampu
menikmatinya karna tereliminasi dengan kondisi ekonomi yang kurang memadai
inilah system kapitalis orang kaya akan bertambah kaya sedangkan orang miskin
bertambah miskin. Padahan kekayaan alam sangat melimpat tapi hanya sebagian
orang saja yang bisa menikmatinya, yaitu orang kalangan atas sedangkan orang
dari kalangan bawah tidak bisa menikmati kekayaan alam negeri. Penguasa saat
ini lebih baik memberikan kepada orang asing dari pada kepada rakyatnya
sendiri.kalau kita menelaan ayat-ayat allah kekayaan tersebut harus di
kembalikan sebagai mana dalam hadits yang berbunyi:
‘’manusia
berserikat dalam tiga hal: air, padang gembalaan, dan api” (hr. abu dawud)
Tapi
ternyata semua ini di kelola oleh rakyat tapi malah penguasa negeri ini di
perjual belikan dan di serahkan kepada asing. Sungguh aneh negeri ini. itu tidak
terjadi sama saya walaupun dengan keterbatasan ekonomi saya tetap menikmati
bangku perguruaan negeri. Setiba saya di kota kendari saya mendaftar di salah satu
perguruan tinggi ternama di Sulawesi tenggara yaitu universitas halu oleo.
Bersama dengan sepupu saya kami memasuki kampus untuk ikut ujian pada saat itu
kami beda ruangan saya di ruangan A dia berada di ruangan D. saat tiba
pengumuman namaku tidak saya lihat sedangkan sepupu saya tadi berhasil masuk di
salah satu fakultas MIPA. Dengan rasa kecewa saya pulang ke kos saya untuk
menunggu tes di universitas lain tapi tak di sangka pada saat jam 14.00 siang
hp saya berbunyi saya tenggah duduk sambil menikmati sebatang rokok di kamar.
Saya pun mengangkat bunyi telfon tersebut ternyata tetangga rumah saya di tomia
dia mengabarkan bahwa saya di terima di fakultas fisip pada. Saya tak percaya
dengan kata-kata dia.
‘’aaahhh’’
tidak mungkin saya lulus saya sudah periksa di Koran nama saya tidak keluar dia
pun memanggi saya untuk ke kosnya yang ada di dalam kampus, saya pun ke sana
untuk memeriksa apa betul namaku ada dikoran atau tidak ada. Dengan sedikit
ragu-ragu saya jalan ke tempat kosnya setelah tiba di kosnya dia memperlihatkan
namaku ternyata betul namaku lulus di fakultus fisip jurusan sosiologi.
Siang
itu saya melangkakan kaki menuju kos dan memgambil berkas-berkas untuk
pedaftaran ulang saat itu juga, setelah melengkapi semua berkas aku bergegas ke
kampus pada pukul 14.46 saya ketempat pedaftaran ulang untuk mengambil kartu.
Akhirnya saya tercatat juga sebagai mahasiswa dengan rasa bangga saya menjemput
dunia baru ini dengan tabah dan sabar menjalininya. Setelah beberapa bulan
berjalan perkuliahan saya ketemu dengan
senior saya untuk menawarkan beasiswa bidik misi. Beasiswa ini adalah program
kerja menteri pendidikan yang awal di cetuskan pada tahun 2010 . beasiswa ini
untuk kalagan yang tidak mampu tapi berpretasi. Awalnya bidik misi ini saya
talok karna, saya mendengar dari senior saya bidik misi ini diasramakan di
dalam kampus dan tidak bisa bebas karna semuanya di jaga. Artinya di sana tidak
bisa meroko, keluar malam dan IPK kita harus diatas 2,75 tidak bisa kurang,
ketika IPK kita di bawah standar maka mahasiswa tersebut akan di berhentikan
beasiswanya.
Banyak
teman-temanku yang satu kelas mendapatkan beasiswa ini mereka ternyata sudah di
uruskan oleh gurunya di sekolah masing-masing. Tapi saya juga tidak tau
informasi tersebut sebelumnya itu pun pada saat berada di kampus saya mendengar
program beasiswa bidik misi ini. Saya menjalani hari-hari berada di kampus
seperti biasa dengan teman-teman baru saya di kampus. Pagi itu adalah awal saya
masuk kuliah pagi sebelum pukul jam 08.00 tiba lah di kampus inilah awal saya
turun ke jalan untuk aksi atau demo dari ajakan senior saya. Saat kami masuk
dalam kelas, tiba-tiba senior kami masuk dalam ruangan yang atas namakan HMJ
mereka masuk berombongan salah satu dari mereka mulai menyampaikan tentang
beberapa gerakan mahasiswa dan membahas organisasi kemahasiswaan kampus untuk
di perkenalkan. Maka mereka mengatakan bahwa kita mahasiswa harus lebih aktif
di dunia pergerakan mahasiswa dan ke organisasian. Peran mahasiswa sangat
penting di kanja perpolitikan saat ini karna mahasiswa memgawal dan menyusul
perubahan itu. dengan kondisi saat ini rezim yang tak bisa membangun
kesajahteraan rakyat dan banyak kebijakan-kebijakan yang tidak pro dengan
rakayat. Ian (senior) menyatakan mahasiswa juga juga harus tidak berpajukan
dengan kuliah tho, harusnya mahasiswa juga harus lebih aktif dalam pergerakan.
Kuliah yang di berikan dosen itu tidak semuanya tersampaikana hanya sekitar 40%
saja yang lainnya itu di cari sendiri.
Saat
asyik-asyik mendengarkan penyampainya dari senior saya tadi yang bernama ian,
tiba-tiba muncul orang yang sedikit keras bicaranya dan nada yang begitu
tinggi, kami pun kaget dan terdiam ternyata mereka mengajak kami untuk turun
demo di kantor DPRD, dengan rasa takut kami terus diam ian tadi menggankat
bicara, inilah saatnya kalian membuktikan bahwa mahasiswa harus kritis dan mau
memperjuangkan hak-hak rakyat. Akhirnya dengan hati terpaksa kami pun ikut
dalam aksi ini, kami kemudian di bawah keluar ruangan dan masuk ke dalam mobil
untuk ikut aksi ini. Tapi sayang gerakan yang kami bangun ini hanya gerakan
hura-hura saja atau gerakan keterpaksaan karna tidak datang dari lubung hati
kami yang seharusnya gerakan yang kita bangun harus ada dalam lubung hati yang
dalam dan terbangun dalam gerakan nasi bungkus. Garekan nasi bungkus artinya
kita turun aksi menyampaikan aspirasi dari masyarakat gara-gara sebungkus nasi
atau seikat uang dari orang lain.
Ø GERAKAN
MAHASISWA TAK HANYA SEKEDAR GERAKAN
Banyaknya
pergerakan mahasiswa ini yang terus menerus melakukan aksi-aksi perubahan akan
tetapi aksi-aksi yang merekan lakukan itu hanya sekedar euforia saja. Kita
lihat saja banyak media-media massa, online dan lain-lainnya yang
menginformasikan aksi-aksi yang di lakukan oleh mahasiswa. Di dalam media massa
itu seringkali mahasiswa melakukan aktivitas perkelahian dengan polisi,
membakar ban sehingga kendaraan tak bisa lewat. Kadang juga mahasiswa ini
melakukan pengurusakan jalan dan kantor inilah watak buruk mahasiswa. Ini juga
sering terjadi pada mahasiswa yang ada di dalam kampus saya, ketika melakukan
aksi sering kali terjadi tawuran antar mahasiswa dan polisi kadang mereka
memblokir jalan raya sehingga mobil pun tak bisa lewat kedalam kampus.
Keberanian
harus di atas pengetahuan” ??
Begitulah
kutipan dari pernyataan salah seorang aktivis mahasiswa. sikap berani adalah
yang terpenting dimiliki seorang mahasiswa, atau istilah lainnya disebut tukang
gertak, dan soal pengetahuan, itu masalah nanti. Refleksi dari kutipan di atas,
jika ditarik hubungkan dengan sejumlah permasalahan pergerakan mahasiswa di
Indonesia saat ini, seolah merajut benang merah akar penyebab permasahan
tersebut. Mari perlahan, kita coba rajut dengan keterbukaan berfikir dan
keikhlasan belajar.
Keberanian
atau Nekat ?
Ada
sejumlah definisi tentang ‘keberanian’. Julius A Cartage menyatakan bahwa
“Keberanian adalah serigala dan pengecut adalah mangsa”. Kemudian Dawson Peter
Amstrong berujar “Berani bukanlah siap menghunus pedang, tetapi siap memasukkan
pedang ke sarungnya”. Lalu, Aristotele menyatakan bahwa, “The conquering of
fear is the beginning of wisdom”.
Keberanian,
haruslah sebagai sikap perjuangan yang jelas dan dapat di pertanggungjawabkan
dengan segala nilai kebenaran. Keberanian bukan berarti asal maju tanpa
menghitung risiko, tapi keberanian adalah semua tindakan strategis yang telah
terhitung secara akurat sebelum melangkah ke tindakan yang lebih jauh.
Keberanian
tidak sama dengan nekat atau asal maju, yang tanpa memahami dan mengetahui permasalahan
secara utuh, tapi keberanian ialah sebuah sikap atau karakter yang di dukung
oleh pengetahuan yang mumpuni. Bila keberanian bermakna nekat atau asal berani,
maka sesungguhnya itu adalah kebutaan dalam memaknai keberanian secara benar
dan tepat. Keberanian harus memiliki landasan, manfaat, tujuan, dan perencanaan
yang matang. Kemudian, sejatinya keberanian diikuti dengan keinginan untuk
terus belajar dan mencari kebenaran, bukan pembenaran.
Kembali
pada studi kasus mahasiswa di atas, apa yang dinyatakan dalam kutipannya adalah
lebih kepada nekat, bukan keberanian. Karena disana ada pemisahan antara
keberanian dan pengetahuan.
Jika
kita coba menelaah pergerakan mahasiswa hari ini, maka belum banyak kita
temukan pergerakan yang berbasis keberanian sebagaimana pemahaman sesungguhnya
di atas. Kata ‘pergerakan’ masih dimaknai oleh sebagian besar mahasiswa, dekat
dengan aksi demonstrasi atau aksi-aksi sensasional yang bersifat perlawanan
vertikal. Hal ini sepertinya masih dipengaruhi oleh euforia aksi senior mereka
saat reformasi 1998.Banyak yang berpendapat bahwa pergerakan dengan pemahaman
dan pendekatan lama tersebut sekarang sudah tidak lagi relevan. Apalagi, modal
yang digunakan adalah nekat, maka itu hampir sama dengan bunuh diri. Lalu
bagaimana pemahaman dan pendekatan seharusnya yang relevan dengan kondisi
kekinian saat ini ?.
Pengetahuan
: Modal Dasar Gordon (1994 : 50) mendefinisikan pengetahuan (knowledge) sebagai
dasar kebenaran atau fakta yang harus di ketahui dan diterapkan dalam
pekerjaan. Selanjutnya menurut Nadler (1986 : .62), pengetahuan adalah proses
belajar manusia mengenai kebenaran atau jalan yang benar, tujuannya untuk
mengetahui apa yang harus diketahui untuk dilakukan. Merujuk kepada beberapa
definisi di atas, terlihat bahwa pengetahuan disini menjadi sebuah modal dasar
dalam setiap tindakan. Begitu juga halnya dengan sebuah keberanian. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, bahwa keberanian sesungguhnya harus berlandaskan
modal pengetahuan yang kontekstual dengan tindakan yang akan dilakukan.
Saat
ini tengah berkembang di berbagai belahan dunia, sejumlah gerakan berbasis
pengetahuan. Melingkupi berbagai sistem, mulai dari ekonomi, inovasi teknologi,
pembangunan, dan sejumlah sistem lainnya, semua berbasis pengetahuan. Dari
basis inilah tumbuh keberanian dan kepercayaan diri dari sebuah gerakan. Begitu
juga dengan pergerakan mahasiswa, modal pengetahuan seharusnya menjadi basis
atau modal utama. Pergerakan seharusnya dimaknai secara luas, mulai dari aksi
sosial, kewirausahaan, pendidikan, seni budaya, dan berbagai jenis aksi lainnya
yang bertujuan positif dan dilakukan dengan metode-metode yang juga positif,
inilah seharusnya integritas pergerakan mahasiswa dengan ciri intelektual yang
tidak hanya menjadi menara gading. Namun juga mengakar menyentuh rakyat dengan
hasil olahan mereka terhadap kompleksnya ilmu pengetahuan. Sebagian kelompok
mahasiswa saat ini telah melakukan dan berupaya memaksimalkan pemahaman dan
pendekatan berbasis pengetahuan tersebut. Hanya saja mereka masih sebagian
kecil dan sebagian besarnya masih bermodal jumlah massa dan nekat.
“Akuilah
dengan hati bersih bahwa kalian bisa belajar dari orang barat. Tapi jangan
sekali-kali kalian meniru mereka. Jadilah murid-murid dari timur yang cerdas”
Begitulah
himbauan bagi para manusia Indonesia dari seorang Tan Malaka, pemikir terbaik
bangsa yang pertama kali menulis konsep tentang Republik Indonesia dan berhasil
menghidupkan akal sehat orang timur melalui karya fenomenalnya : Materialisme,
Dialektika, dan Logika (Madilog). Himbauan di atas sangat tepat bagi kelompok
mahasiswa yang bersikap konservatif. Konservatif adalah sebuah sikap resisten
atau ketertutupan terhadap hal-hal baru. Sikap ini sesungguhnya tidak
sepenuhnya salah, karena salah satu tujuannya adalah menjaga identitas atau
karakter asli dari keyakinan yang positif. Namun sikap ini menjadi bodoh ketika
dilakukan secara berlebihan. Sehingga memunculkan benteng terhadap
gagasan-gagasan baru yang sesungguhnya benar.
Hal
ini akhirnya membuat mereka terkungkung dalam kesempitan cara pandang,
sementara di luar benteng mereka ilmu pengetahuan terus berkembang. Doktrin
kebenaran bagi mereka seolah kaku, statis, dan tidak dinamis. Sifat kritis yang
lahir, tumbuh secara tidak seimbang. Hanya mengkritik keluar, namun jarang menggugat
ke dalam sistem apa yang telah diyakini
selama ini. Alhasil kedangkalan pemaknaan terhadap urgensi pengetahuan pun
membuat mereka bergerak dengan mengabaikan modal dasar ; pengetahuan. Penyebab
munculnya sikat konservatif ini tentu beralasan. Munculnya sejumlah gerakan
yang berupaya menyebarkan paham pemikiran dan ideologi mereka di Indonesia
adalah salah satu alasannya. Mahasiswa sebagai generasi masa depan tentu disini
menjadi sasaran strategis. Hal ini kemudian dilakukan melalu berbagai metode,
sehingga akhirnya berhasil mencuci otak para mahasiswa dan membunuh daya kritis
mereka melalui indoktrinasi.Indoktrinasi yang berlangsung secara terus menerus
membuat mereka semakin kerdil. Mereka terkurung dalam kesempitan doktrin,
merasa menjadi yang paling benar dan yang lain adalah salah. Yang salah
dianggap sebagai musuh dan tidak bisa dipercaya. Kelebihan pengetahuan dan
keunggulan lainnya yang dimiliki oleh pihak lain dianggap sebagai sebuah
ancaman terhadap eksistensi mereka. Sehingganya, jalan apapun kemudian
dihalalkan untuk memusnahkan ancaman-ancaman yang membahayakan tersebut, demi
memuluskan jalan meraih kekuasaan politik. Mereka menjadi buta, bodoh,
pecundang, dan tanpa integritas. Inilah bahaya laten dari paham konservatif
yang berkembang dan menjadi hambatan dari berkembangnya gerakan mahasiswa yang
berbasis pengetahuan.
Gerakan mahasiswa yang ideal untuk kondisi zaman
ini adalah, sebuah gerakan yang berani karena berbasis ideology yang benar.
Bukan sebuah gerakan nekat dan konservatif yang kuno, klasik, dan tidak
berkembang serta tidak relevan dengan kebutuhan zaman.Sikap konservatif yang
merebak ini memang cukup dilematis. Di satu sisi hal ini sebagai pertahanan
terhadap nilai-nilai yang dianggap benar, di sisi lain hambatan untuk maju dan
berkembang. Kompleks memang, karena terkait dengan relatifitas asumsi
kebenaran, konspirasi perang pemikiran, dan benturan serta distorsi budaya yang
terjadi antara keyakinan dan kepercayaan. Gerakan mahasiswa ideologis bagaikan
tulang punggung yang mampu memikul tanggung jawab manusia sebagai khalifah di
muka bumi.
Allah SWT pernah memperingatkan kita dalam
suatu ayat
di QS Al-Baqarah:30, yang menyiratkan bahwa manusia ialah makhluk Allah yang
diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi.
Amanah itu tidak-lah semudah membalikkan
telapak tangan saja, melainkan butuh banyak perjuangan (jihad) yang dilandaskan
akan niat ikhlas karena Illahi saja. Kita ambil contoh dari riwayat sahabat
nabi yang membantu Rasulullah SAW dalam membina dakwah di muka bumi sehingga
saat ini kita alhamdulillah merasakan hidayah Islam tersebut yang mahal
harganya. Perjuangan mereka begitu luar biasa, mengorbankan jiwa, raga, ilmu,
tenaga, hingga harta yang mereka miliki hanya untuk menegakkan kalimat Allah di
muka bumi ini, dan mengajak manusia ke amal ma’ruf nahi munkar. Mendengar
istilah ‘ideal’ tentunya yang paling menonjol ialah situasi atau keadaan dimana
sebuah instrument ataupun sistem berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan
atau yang diinginkan.
Wajah
masa depan dunia berada di tangan pemuda-pemudi Muslim. Mereka dituntut
menyelesaikan tiga persoalan global yang kompleks. Tuntutan ini lahir bukan
semata karena banyaknya jumlah pemuda-pemudi Muslim di dunia, tapi juga karena
adanya tanggung jawab keilahian untuk mewujudkan Islam yang rahmatan
lil'alamin.
‘’ ingat? Gerakan mahasiswa yang ideal, tidak hanya sekedar mendapatkan sensasi karena ingin di kenang dalam sejarah ketika menghasilkan berbagai pergolakan dan berhasil menumbangkan rezim, namun gagal menemukan solusi yang tepat untuk mengeluarkan negeri ini dari lembah kenestapaan dan penderitaan.’
Langganan:
Postingan (Atom)